SURABAYA – Wali Kota Tri Rismaharini meresmikan Gedung Nasional Indonesia (GNI) di Jalan Bubutan, Surabaya, sebagai Museum Dokter Soetomo, kemarin.
Sehari sebelumnya, yakni pada Selasa (28/11/2017), Risma meresmikan Museum Tjokroaminoto, yang lokasinya di bekas rumah HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII, Surabaya.
Sedang pada Kamis hari ini, Risma akan meresmikan Museum W.R. Supratman. Supratman adalah wartawan dan dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Museum Dokter Soetomo menyajikan foto dan informasi sejak dia masih muda dan bernama lahir Soebroto.
Juga foto dan informasi tentang keluarganya, semasa Soetomo sekolah dokter di Batavia, Stovia, sekolah di Belanda, kegiatan-kegiatan organisasi Budi Utomo yang dia dirikan, pendirian GNI, hingga pasca-kemerdekaan dan kiprahnya sebagai dokter spesialis kulit.
“Museum ini didirikan untuk membangkitkan memori tentang pahlawan untuk anak-anak kita,” kata Risma.
Dia menyebut, anak-anak pasti tidak tahu mengapa Surabaya menjadi Kota Pahlawan. Tujuan Museum Dokter Soetomo dibangun, tambah Risma, di antaranya untuk membangun jiwa kebangsaan.
Informasi mengenai Soetomo diharapkan bisa memberikan gambaran mengenai gagasan dan konsep satu bangsa dan satu tanah air.
“Anak-anak harus tahu konsep itu sehingga mengerti mengapa kita bisa satu bangsa meskipun terdiri dari bermacam-macam suku,” jelasnya.
Risma menilai konsep itu penting bagi generasi muda saat ini untuk “mengobati” rasa kebangsaan warga Surabaya.
“Agar national building semakin kuat, agar tidak mudah dipecah belah isu agama dan ras,” tuturnya.
Museum ini juga diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi warga Surabaya dalam berkarya dan menghargai karya para pendahulu. Risma mengaku bekerja membangun Kota Pahlawan ini karena terinspirasi dari perjuangan pahlawan.
“Bukan malah merusak. Saya tidak mau menghancurkan karya orang lain,” ujar wali kota dengan segudang prestasi ini.
Museum ini didirikan untuk mengingatkan warga kota terhadap jasa para pahlawan Indonesia, yang beberapa nama besar di antaranya berasal dari Surabaya. Seperti Soekarno, dr Soetomo, Bung Tomo, HOS Tjokroaminoto, dan W.R. Supratman.
“Monumen Mastrip pun ada di Surabaya,” kata Risma. Mastrip merupakan tentara pelajar yang turut berjuang melawan penjajah.
Dia menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Eropa. Masyarakatnya, kata dia, menghargai jasa para tokoh negara, di mana salah satunya adalah rumah sastrawan Shakespeare, yang dihargai, dipelihara, dan menjadi tujuan wisata.
Sedangkan Surabaya menyimpan sejarah perjuangan yang berdarah-darah, yang harus lebih dihargai. “Surabaya tempat besar pemimpin Indonesia,” ujarnya.
Soetomo merupakan salah satu pendiri organisasi pemuda Budi Utomo, organisasi modern pertama Indonesia yang digagas dokter Wahidin Sudirohusodo. Organisasi itu didirikan para mahasiswa STOVIA pada 20 Mei 1908.
Soetomo, yang biasa dipanggil dengan Pak Tom, juga mendirikan bank kredit, yang salah satu gedungnya dijadikan museum ini, mendirikan perusahaan Asuransi Bumiputera, dan Majalah Panyebar Semangat.
Majalah Panyebar Semangat berbahasa Jawa, terbit di Surabaya, dan masih ada hingga saat ini.
Pada kesempatan itu, Risma menyerahkan empat piagam kepada para pihak yang menyumbangkan bahan untuk Museum Dokter Soetomo.
Piagam itu di antaranya diserahkan kepada PT Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT). PDAT menyumbangkan foto untuk museum ini.
Peresmian museum ini bukan final. Artinya, jika ada data atau arsip berupa foto, tulisan atau barang-barang bersejarah maka Pemkot Surabaya akan melakukan pembaharuan.
“Ini akan bergerak terus, jika ada koleksi serta informasi yang baru akan kita beritahukan kepada masyarakat,” imbuhnya.
Agar kawasan tersebut bisa mendatangkan rejeki, Risma minta warga sekitar untuk menjaga dan meramaikan museum ini, salah satunya berjualan kaos dan souvenir di area museum. Sehingga ke depan, harap Risma, Surabaya dapat menjadi kota budaya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS