Kamis
26 Juni 2025 | 4 : 10

‘Aku Melihat Indonesia’ Menggema di Pendopo Wedya Graha Ngawi

IMG-20250625-WA0026_copy_673x451

NGAWI – Suara lantang Florencya Karina Putri, siswi SDN Gendingan 5, menggema dari atas panggung Pendopo Wedya Graha. Tubuh mungilnya tampak bergetar saat membacakan puisi Aku Melihat Indonesia karya Bung Karno.

Tatapannya tajam, ekspresinya tegas, suaranya mantap—membius para penonton yang hadir di babak grand final lomba baca puisi Bulan Bung Karno 2025.

“Jikalau aku berdiri di pantai Ngliyep, aku mendengar lautan Hindia bergelora. Membanting di pantai Ngliyep itu. Aku mendengar lagu, Sajak Indonesia,” lantun Florencya membuka puisi.

Florencya adalah satu dari finalis kategori SD yang tampil memukau. Ia berhasil mengantongi 1.025 poin dari dewan juri yang menilai aspek intonasi, ekspresi, dan pembawaan.

Meski belum menjadi yang terbaik, ia berhasil meraih juara ketiga. Juara pertama diraih oleh siswa dari SDIT Harapan Umat, dan juara kedua diraih oleh SDN Margomulyo 1.

Baca juga: 3 Puisi Revolusioner Karya Bung Karno

Lomba baca puisi ini merupakan hasil kolaborasi antara DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ngawi dan Dinas Pendidikan Ngawi. Kegiatan tersebut terbuka bagi siswa SD, SMP, dan SMA, dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno.

Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ngawi, Dwi Rianto Jatmiko, mengatakan bahwa lomba ini bertujuan memperkenalkan Bung Karno sebagai sosok seniman dan penyair, di samping perannya sebagai Proklamator.

“Lomba ini bukan hanya untuk memperingati Bulan Bung Karno, tetapi juga mengenalkan anak-anak pada karya sastra Bung Karno, Aku Melihat Indonesia, yang sarat dengan nilai-nilai nasionalisme,” ujar Mas Antok dalam keterangannya, Rabu (25/6/2025).

Proses seleksi awal dilakukan secara daring. Para peserta mengunggah video pembacaan puisi di kanal YouTube masing-masing, lalu dinilai oleh dewan juri untuk menentukan finalis. Final digelar secara langsung di Pendopo Wedya Graha.

Selain lomba puisi, acara ini juga dirangkai dengan lomba macapat untuk tingkat SD hingga SMA.

“Selain menanamkan semangat nasionalisme, lomba macapat menjadi sarana pelestarian budaya. Ini penting agar anak-anak tahu bahwa Indonesia kaya akan warisan budaya,” tutup Mas Antok. (and/hs)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

Jelang 1 Suro, Bupati Sugiri Ziarah ke Makam Para Leluhur Bumi Reog

PONOROGO – Menjelang Tahun Baru Islam 1 Muharram atau 1 Suro, banyak adat dan tradisi yang dilakukan masyarakat ...
LEGISLATIF

Jember Berupaya Jadi Kabupaten Layak Anak, Indi Naidha: Jangan Sekadar Kejar Target Administratif

JEMBER – Kabupaten Jember terus mengupayakan peningkatan predikat sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA). Setelah ...
LEGISLATIF

F-PDIP DPRD Kabupaten Malang Dorong Adanya Perda Perlindungan Kerja ASN dari Intervensi Politik

MALANG – Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Malang mendorong adanya sebuah Perda perlindungan ASN dari intervensi ...
KABAR CABANG

DPC PDI Perjuangan Surabaya Konsolidasikan Satgas Partai

SURABAYA – DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya melanjutkan konsolidasi internal. Kali ini, giliran Satuan Tugas ...
SEMENTARA ITU...

Banyuwangi Resmi Luncurkan “Sunwangi”, Beras Biofortifikasi Bernutrisi Tinggi

BANYUWANGI – Setelah sekitar setahun melalui proses penelitian budidaya, Kabupaten Banyuwangi meluncurkan ekosistem ...
KABAR CABANG

‘Aku Melihat Indonesia’ Menggema di Pendopo Wedya Graha Ngawi

NGAWI – Suara lantang Florencya Karina Putri, siswi SDN Gendingan 5, menggema dari atas panggung Pendopo Wedya ...