SURABAYA – Anggota Komisi B DPRD Jatim, Agatha Retnosari, mengapresiasi program Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Jatim yang memberikan pelatihan bela diri jujitsu untuk pengemudi ojek online (ojol) perempuan yang tergabung dalam Gerakan Sayang Perempuan Ojol Online (Gaspol).
Menurutnya, dengan adanya kelas bela diri ini para ojol perempuan bisa lebih menjaga diri mengingat mereka bekerja tanpa mengenal waktu dan memiliki risiko tinggi untuk menjadi korban kejahatan.
“Saya mengapresiasi Pemprov Jatim melalui DP3AK yang telah memberikan pelatihan ini, mengingat ini sangat penting dan berguna bagi ojol perempuan yang tergolong berisiko tinggi menjadi korban pelecehan saat menerima penumpang maupun korban kriminal saat di jalan,” ujar Agatha saat menyaksikan pelatihan bela diri jujitsu di gedung Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Kependudukan (UPT PPA DP3AK), Jalan Arjuno, Surabaya, Jumat (12/5/2023).
Agatha berharap, ke depan anggaran untuk pemberdayaan perempuan di Provinsi Jawa Timur bisa ditambah agar program semacam itu bisa menjangkau perempuan lebih banyak lagi.
Dalam kesempatan itu, Politisi PDI Perjuangan itu juga menyempatkan diri untuk berbincang bersama para peserta, mendengar pengalaman mereka selama berlatih sejak Februari 2023 lalu.

Salah satunya Suffi Nur Aini (40). Ibu dua anak ini telah merasakan perbedaan sebelum dan sesudah mengikuti kelas jujitsu, khususnya soal reflek diri.
“Biasanya tindak kejahatan itu terjadi karena kita tidak fokus dan sibuk sendiri sehingga menimbulkan peluang kejahatan. Yang saya rasakan setelah ikut kelas bela diri ini, ya sekarang jadi punya reflek yang baik, lebih waspada lagi dengan sekitar. Lalu dari segi fisik juga merasa lebih enak dan enteng,” ujar Suffi.
Selain karena senang olahraga, alasan Suffi mau untuk mengikuti kelas bela diri ini, ia pernah memiliki pengalaman tidak menyenangkan dan mengarah kepada pelecehan seksual yang dilakukan oleh penumpang pria.
“Iya, alasan mau ikut kelas ini selain suka olahraga, karena sempat punya pengalaman kurang menyenangkan dari penumpang. Kalau bisa bela diri kan saya jadi ada bekal untuk melindungi diri saat di jalan,” jelasnya.
Sementara itu, pelatih jujitsu, Sabdo Sahono, mengatakan, dalam kelas bela diri ini, dirinya mengajarkan beberapa jurus dasar yang telah dimodifikasi, seperti memukul, menendang dan menyerang menggunakan barang-barang yang biasa dibawa atau dikenakan seperti helm sebagai alat untuk membela diri saat terjadi kejahatan.
“Fokusnya adalah simpel dan efektif. Kita mengajarkan mereka bagaimana menyerang dengan mudah dan gampang diaplikasikan di lapangan, tetapi efektif dan dampaknya bisa fatal untuk lawan,” ujar sensei Sabdo.
Sensei Sabdo juga menjelaskan, semangat para pengemudi ojol perempuan untuk belajar bela diri ini sangat luar biasa.
“Saya sempat kaget, karena mereka ini kan tidak memiliki latar belakang bela diri, lalu dengan usia yang tidak muda kan pasti sudah ada kekakuan, tapi ternyata mereka bisa menerima materi dengan cepat karena ya itu tadi, ada motifasi yang kuat,” tuturnya. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS