MALANG – Calon Bupati Dewanti Rumpoko berharap Pilkada Kabupaten Malang dilaksanakan dengan profesional, adil, tanpa keberpihakan penyelenggara, maupun pengawas pemilu, pada salah satu pasangan calon.
Sebab, menurut Dewanti, pilkada bukan sekadar memilih pemimpin terbaik lima tahun ke depan, tapi juga sebagai ajang pendidikan politik bagi masyarakat.
“Di sinilah titik pijak pendidikan politik, bagi masyarakat, dalam pesta demokrasi pemimpin anyar ini. Pemimpin anyar yang diharapkan akan membawa Kabupaten Malang ke arah lebih baik. Pemimpin sing nyenengne atine rakyat (pemimpin yang menyenangkan hatinya rakyat),” kata Dewanti.
Pernyataan ini disampaikan Dewanti, saat berpidato di acara Deklarasi Pilkada Damai, Sabtu (17/10/2015). Deklarasi yang diselenggarakan KPU setempat itu digelar di Lapangan Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang.
Calon bupati yang diusung PDI Perjuangan ini berharap, pilkada menjadi sebuah pemilihan umum, yang bermartabat, dan berintegritas. Sekaligus pilkada tanpa adanya kecurangan, kampanye hitam, kekerasan, dan intimidasi.
Sebagaimana pilpres lalu, lanjut dewanti, yang menjadi sebuah kegembiraan politik, dan menghasilkan pemimpin yang dicintai rakyat. Dia ingin Pilkada Kabupaten Malang kali ini, juga menjadi pesta kegembiraan masyarakat, politik yang gembira, menghasilkan pemimpin anyar yang dicintai rakyat.
Sebagai ajang bagi rakyat belajar politik, tambah Dewanti, hak mencoblos pada 9 Desember nanti, adalah sebuah bentuk pelaksanaan kedaulatan, yang menjadi hak penuh rakyat. “Kedaulatan yang tak bisa dibeli dengan uang, karena di tangan rakyatlah, harapan Kabupaten Malang yang anyar itu berada,” ujarnya.
Oleh karena itu, perempuan yang juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timut itu mengajak pasangan calon lain serta seluruh pendukungnya, untuk bersama-sama menciptakan situasi pilkada yang kondusif, dengan saling menghormati dan menghargai.
Dewanti mengungkapkan, sejarah mencatat pernah ada pemimpin perempuan yang berjaya di bumi Malang Raya. Yakni Kendedes, dikenal sebagai Sri Nareswari, yang berarti wanita utama. Kemudian Ratu Kusumawardhani dan Ratu Mahamisi.
Juga ada panglima perang Proboretno. Pemimpin-pemimpin perempuan itu, imbuh Dewanti, menunjukkan bagaimana perempuan layak dan mampu memimpin.
“Kami berdua, pasangan nomor 2, Dewanti Rumpoko-Masrifah Hadi hadir di hadapan masyarakat Kabupaten Malang dengan semangat Arema: kebersamaan dan solidaritas tanpa batas. Dua perempuan yang ingin mengembalikan spirit pemimpin perempuan di bumi Arema Malang. Ini adalah sejarah pertama di Indonesia, ada pasangan perempuan-perempuan dalam pilkada. Dan Malang-lah yang tercatat dalam sejarah itu,” pungkasnya. (sa)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS