JAKARTA – Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah optimistis Indonesia bisa memanfaatkan momentum Presidensi G20 untuk melawan kolonialisme era modern yang kini mencengkeram dunia internasional dalam bentuk penguasaan ekonomi dan material.
Sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20, Indonesia harus mampu menunjukkan kembali “international leadership’’ yang pernah muncul selama Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung 1955.
“Konferensi internasional itu menjadi pemersatu negara-negara yang menjadi sasaran penjajahan di Asia dan Afrika, menggalang kerja sama dan sepakat menentang kolonialisme di tengah dunia yang terbagi dua kubu, Timur dan Barat,” kata Ahmad Basarah di Jakarta, Rabu (16/2/2022).
Sejak 1 Desember 2021, Indonesia secara resmi memegang Presidensi Group of Twenty (G20) selama setahun penuh hingga KTT G20 di November 2022.
Serah terima presidensi dari Italia sebagai Presidensi G20 kepada Indonesia dilakukan secara langsung pada 31 Oktober 2021 di Roma, Italia. Presidensi G20 mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”.
Rencananya, terdapat 150 events sebagai rangkaian dalam pertemuan G20 Presidency 2022, terdiri atas Working Groups Meeting, Engagement Groups, Deputies/Sherpa, Ministerial, KTT G20, dan Side Events.
Menurut Ahmad Basarah, 67 tahun lalu Indonesia pernah menjadi “center of gravity” ketika lima kepala negara dan 24 perwakilan negara di Asia dan Afrika berkumpul di Bandung, Jawa Barat, dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955.
Dalam salah satu poin pidatonya berjudul “Lahirkanlah Asia Baru dan Afrika Baru”, Bung Karno mengingatkan tentang ancaman kolonialisme berbaju modern di masa mendatang.
“Ia merupakan musuh yang licin dan tabah, dan menyaru dengan berbagai cara. Tidak gampang ia mau melepaskan mangsanya. Di mana, bilamana dan bagaimana pun ia muncul kolonialisme adalah hal yang jahat yang harus dilenyapkan dari muka bumi,” terang dia, mengutip pernyataan Bung Karno.
Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Luar Negeri itu menjelaskan, tema G20 “Recover Together, Recover Stronger” yang diangkat kali ini juga mencerminkan semangat gotong royong yang menjadi inti dari Pancasila. Dengan demikian, secara tidak langsung G20 juga menjadikan Pancasila sebagai guidance dari semua anggotanya dalam membangun kekuatan bersama.
“Saya memberi apresiasi bahwa semangat yang pernah dilakukan Presiden Soekarno dalam memperkenalkan Pancasila kepada dunia internasional kini berlangsung juga dalam event G20,” ujarnya.
Untuk itu, dia berharap Indonesia memanfaatkan secara maksimal posisinya sebagai Ketua G20 untuk menjadi saluran aspirasi dan kepentingan negara-negara berkembang seperti yang pernah diperjuangkan Bung Karno dalam KAA di Bandung.
Indonesia harus memastikan tidak ada negara berkembang tertinggal dalam mengatasi kesenjangan ekonomi global dan memulihkan ekonomi pasca Covid-19.
“Kebijakan Presiden Joko Widodo yang akan mendonasikan vaksin merah putih ke Afrika adalah terobosan hebat yang harus didukung karena jangkauan distribusi vaksin di Afrika masih terbilang rendah. Mumpung memegang jabatan strategis dalam presidensi G20, Indonesia harus berada di garda terdepan membuka akses vaksin Covid-19 seluas-luasnya bagi negara-negara rentan,” jelas Ahmad Basarah.
Doktor hukum tata negara Universitas Diponegoro itu mengatakan, pondasi yang diletakkan Bung Karno di panggung internasional itu kini bisa dilanjutkan Presiden Joko Widodo dalam menjalankan peran stragegis di dunia internasional.
Dia berharap, Indonesia dalam memegang presidensi G20 ini mampu meredam ketegangan dunia untuk menghindari suasana perang dingin jilid 2 akibat ketegangan AS dan Rusia.
“Belajar dari sejarah, Indonesia punya pengalaman dan kharisma dalam menjadi pelopor dan memimpin perjuangan bangsa-bangsa Asia dan Afrika melepaskan diri dari belenggu kolonialisme. Sekarang peran itu kita harapkan muncul kembali di antara 20 negara anggota G20,” pungkasnya. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS