MADIUN – Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Ristu Nugroho mengatakan, mulai maraknya kelompok yang mempengaruhi masyarakat melalui media sosial (medsos) dengan mengritisi Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia merupakan sebuah ancaman nyata yang harus diwaspadai dan segera disikapi.
Karena itu, kata Ristu, pendidikan wawasan kebangsaan menjadi salah satu tameng untuk membentengi masyarakat dari pengaruh negatif dari paham-paham ataupun aliran-aliran yang tidak sesuai dengan Pancasila.
Hal itu disampaikan Ristu Nugroho saat membuka sosialisasi wawasan kebangsaan di Sasana Krida Mulya atau Posko Perjuangan di Desa Babadan Lor, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, Sabtu (29/1/2022) malam.
Di hadapan ratusan peserta, legislator PDI Perjuangan ini menegaskan pentingnya memahami wawasan kebangsaan.
Menurutnya, di era sekarang ini, banyak bermunculan di medsos kelompok-kelompok ataupun golongan-golongan yang mempromosikan ideologi mereka dan mengarahkan masyarakat kepada ideologi selain Pancasila. Fakta ini harus disikapi dengan cepat agar tidak mudah terpengaruh.
“Kita perlu memantapkan lagi kepada masyarakat, bahwa satu-satunya ideologi yang bisa menyelamatkan bangsa dan NKRI hanya Pancasila, terbukti dalam sejarah bangsa ini mendapat banyak sekali rongrongan terutama dari dalam, dengan adanya Pancasila ternyata mampu bersatu sampai sekarang, apalagi Indonesia negara majemuk yang beragam, sehingga kalau wawasan kebangsaan tidak terus menerus kita tanamkan, kita khawatir masyarakat akan terpengaruh dengan janji-janji muluk,” beber Mbah Tu, sapaan akrab Ristu Nugroho.
Menurutnya, saat ini di media sosial para kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang mengusung ideologi yang bertentangan dengan Pancasila sudah mulai berani menekan pemerintah dan secara vulgar mempromosikan ideologinya kepada masyarakat.
Terbukti dengan semakin maraknya perilaku intoleran bahkan ujaran kebencian yang mendeskreditkan suatu suku ataupun daerah. Hal tersebut tentu sangat mengancam keberagaman, kebhinekaan, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
“Jadi, apa yang rame di medsos harus kita imbangi di dunia nyata dengan kegiatan seperti ini. Saya pikir mereka sudah berani menekan pemerintah, dan vulgar mempromosikan ideologi mereka. Pada prinsipnya kita harus menjaga keberagaman dan kerukunan. Jangan sampai satu dengan lainnya dibenturkan, karena kalau sampai itu terjadi akan sangat membahayakan negara kita,” ungkapnya.
Sementara, Rektor Unipma Prof. Dr. Parji yang didapuk sebagai pemateri mengatakan, sebagai bangsa yang beragam harus memahami keberagaman itu sebagai bagian modal untuk membangun bangsa. “Bagaimana keberagaman itu membuat kita lebih bersatu, jangan sampai justru menjadikan perpecahan,” kata Prof Parji.
Sikap saling menghormati bisa diimplementasikan dalam berbagai bentuk kegiatan sosial kemasyarakatan dan sosilisasi. Kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, gotong royong harus ditingkatkan dalam berbagai bentuknya.
Karena hal itu merupakan salah satu sarana untuk mengeratkan masyarakat. Selain itu, pemahaman tentang toleransi juga harus terus menerus harus dibangun.
Rektor UNIPMA yang pernah diusung PDI Perjuangan untuk maju dalam Pilkada Kota Madiun tahun 2013 berpasangan dengan Inda Raya ini juga menyoroti tentang medsos yang tidak bisa dihindari, tetapi harus dimanage dengan baik. Artinya, masyarakat jangan mudah percaya berita-berita palsu, jangan mudah membully, jangan mudah tidak toleran kepada orang lain.
“Sehingga saya tekankan literasi teknologi, dalam peggunaan medsos harus cerdas, bijaksana dicek dulu kebenarannya jangan mudah share ke orang lain sebelum diteliti kebenarannya dan lain sebagainya,” terang dia.
Menurutnya, kasus-kasus ujaran kebencian maupun perilaku intoleran terjadi karena mengedepankan kepentingan kelompok, atau golongan, bahkan kadang agama yang dilakukan oleh orang-orang yang cara berpikirnya sektarian, sehingga mudah mengeluarkan melontarkan hal-hal yang tidak menguatkan NKRI.
“Cara berpikir seperti itu sangat berbahaya. Jadi menurut saya ini kegiatan yang sangat penting, wawasan kebangsaan dalam rangka membangun negara kita yang lebih dewasa dalam politik, bermedsos, dan keberagamaan kita,” pungkasnya. (ant/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS