TULUNGAGUNG – Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Eva Sundari menyarankan para petani pembudidaya kopi Gunung Wilis mendirikan koperasi. Dengan membentuk badan hukum Indonesia itu, diharapkan aspirasi mereka bisa diperjuangkan.
“Selain koperasi adalah amanat konstitusi, koperasi juga terbukti bisa ekspansi di luar negeri seperti Anlene, Carefur, atau Bank ABN Amro, dan lainnya,” kata Eva Sundari, Minggu (5/3/2017).
Saran ini dia sampaikan setelah mendengar aspirasi, dan menampung persoalan yang dihadapi petani kopi Gunung Wilis. Serap aspirasi terkait masa reses DPR RI Maret 2017 ini berlangsung di Omah Kopi, Dusun Surenpaten, Desa Balerejo, Tulungagung pada Jumat (3/3/17) malam.
Di acara tersebut, ungkap Eva, hadir suami istri Sutrimo yang menginisiasi budidaya kopi Gunung Wilis, dan langkah ini telah diikuti beberapa petani tetangga mereka.
Hasil Produk Kopi Gunung Wilis jenis Arabica ini, kemudian diolah oleh seorang pengusaha Kurnia Ika Kusuma dengan mendirikan Pabrik Kopi Lintang, sekaligus mendirikan Omah Kopi untuk pemasarannya.
Upaya mengendalikan hulu hingga hilir oleh komunitas ini menghadapi kendala, karena meski sudah didampangi konsultan dari BI Kediri yaitu Mas’ud Asjari.
“Produktivitas kopi para petani rendah, padahal harga dan permintaan selalu naik. Sayang banget kan?” ujarnya
Selain ingin mendapat pendampingan, komunitas ini juga ingin mengajak petani2 di 5 kabupaten lainnya di lereng Gunung Wilis (Kediri, Nganjuk, Blitar, Madiun, Trenggalek) untuk bergabung dalam bisnis kopi ini.
Eva Sundari menyambut baik keinginan merka. “Peluang kopi amat menjanjikan, ada prediksi internasional yang menyatakan akan ada kelangkaan kopi dunia tahun 2025,” kata Eva.
Dia menyebutkan, kopi Gunung Wilis punya banyak faktor keunggulan untuk branding. Misalnya, tata cara khas minum kopi ini, yakni ‘kopi gigit’, di mana gula kelapa digigit sebelum menyeruput kopi.
Keistimewaan yang lain kopi wilis ini adalah, lendetnya (endapan) kopi yang halus bisa untuk bahan seni lukis cethe di atas media sebatang rokok. Kuasnya bisa silet, benang atau batang korek korek api yang dilancipkan setelah dibakar.
“Selain batang rokok, seni lukis cethe ini juga bisa dipakai untuk melukis botol maupun di atas kain kanvas biasa,” pungkas Eva. (sa)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS