BLITAR – Kelompok tani di wilayah Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, menggelar acara halal bihalal dan tasyakuran panen raya di Desa Bendosewu pada Rabu (9/4/2025).
Acara sebagai wujud syukur dan upaya mempererat tali silaturahmi antar petani itu dihadiri Andri Mizan Asrori, Sekretaris PAC PDI Perjuangan sekaligus Ketua Gapoktan Kecamatan Talun.
Hadir pula, koordinator BPP, seluruh PPL, Babinsa, Babinkamtibmas, Kepala Desa Bendosewu beserta perangkat desa, anggota BPD, serta para anggota kelompok tani Dusun Bendorejo.
Dalam sambutannya, Andri menyampaikan keprihatinannya atas permasalahan yang tengah dihadapi para petani terkait dengan penyerapan hasil panen oleh Bulog.
Dia menuturkan bahwa meskipun panen raya tengah berlangsung, petani kesulitan menjual gabah ke Bulog.
“Para petani sudah bekerja keras memanen, tapi ketika waktunya menjual, justru terbentur dengan sistem yang tidak responsif,” ujar Andri pada tim media ini, Kamis (10/4/2025).
Berdasarkan informasi dari sejumlah petani dan hasil koordinasi dengan Babinsa, diketahui bahwa kuota penyerapan Bulog telah mencapai batas maksimal.
“Kuota Bulog sudah overload, 70 ton per hari untuk satu kabupaten. Tapi yang terjadi, kuota itu bisa jadi hanya terserap dari satu kecamatan saja, ini tidak adil,” tambahnya.
Dia juga menyoroti kurangnya transparansi dalam pembagian kuota antar wilayah.
“Kita tidak tahu bagaimana pembagiannya, tidak ada data resmi yang bisa dijadikan acuan. Ini membuat petani semakin bingung dan tidak memiliki kepastian,” ujarnya.
Lebih lanjut, Andri menilai bahwa lemahnya komunikasi antara petani dan pihak Bulog turut memperparah situasi.
“Telepon tidak diangkat, pesan WhatsApp tidak dibalas. Bagaimana bisa terjalin koordinasi jika akses komunikasi saja tersendat?” ungkap Andri.
Dia menegaskan komitmennya sebagai kader PDI Perjuangan untuk mengawal aspirasi petani dan mendorong evaluasi menyeluruh terhadap mekanisme penyerapan gabah. Dia juga berencana mengajak media massa untuk turut mengawal isu ini.
“Kami akan mendorong evaluasi terbuka. Media harus dilibatkan agar publik tahu kondisi riil di lapangan. Jangan sampai petani selalu jadi pihak yang dirugikan,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Andri berharap agar Bulog dapat lebih terbuka dan bersinergi dengan petani.
“Ini baru awal masa panen. Kalau dari awal sudah sulit, bagaimana nanti kelanjutannya? Jangan sampai petani kehilangan semangat karena merasa tidak didukung,” pungkasnya. (arif/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS