JOMBANG – Pembangunan Kampung Adat Segunung di Desa Segunung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, terus menunjukkan progres menggembirakan.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Timur, Sumrambah, menyebut bahwa pembangunan Kampung Adat Segunung telah rampung setengah jalan dan terus berkembang.
“Kalau saya memperkirakan, kampung adat ini sudah jadi sekitar 40 sampai 50 persen. Tapi tidak boleh berhenti di situ. Harus terus dilanjutkan dan dikembangkan,” ujar Sumrambah, Kamis (17/4/2025).
Tak hanya untuk pelestarian budaya, politisi PDI Perjuangan itu juga mendorong pembangunan koperasi kampung adat sebagai sarana pemberdayaan warga, khususnya dalam sektor pertanian dan peternakan.
“Nanti juga kita akan bentuk koperasi kampung adat, yang bisa menjadi sarana pengembangan sektor pertanian dan peternakan warga. Tujuannya bukan hanya melestarikan budaya, tetapi juga menyejahterakan masyarakat,” tuturnya.
Untuk itu, pihaknya mendorong DPRD Jawa Timur, serta civitas akademika Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang terlibat dalam pelestarian dan pengembangan kampung adat yang terletak di area lereng Gunung Anjasmoro tersebut.
Selain koperasi, sinergi dengan civitas akademika dan dewan Jatim nantinya juga akan menyasar pada proyek-proyek pelestarian budaya berbasis kearifan lokal.
Anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, Wiwin Isnawati menilai, pelestarian budaya lokal seperti wiwit kopi dan sedekah kampung perlu terus dikembangkan sebagai identitas khas daerah.
“Yang terpenting, Kampung Adat Segunung ini terus berkembang dengan melestarikan budaya-budaya tradisional. Seperti wiwit kopi, sedekah kampung yang ada arak-arakan hasil bumi dan budaya adat lain sebagainya yang telah kita lakukan sebelumnya,” tandasnya.
Untuk diketahui, Kampung Adat Segunung merupakan salah satu dari deretan destinasi wisata yang ada di wilayah Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang.
Permukiman penduduk yang berada di lembah pegunungan Anjasmoro ini tengah memperkuat eksistensi mereka sebagai salah satu destinasi wisata berbasis lingkungan pedesaan.
Selain menawarkan destinasi wisata yang memanjakan mata, kampung adat ini juga menawarkan kuliner khas pedesaan antara lain nasi ampok atau nasi beras bercampur pecahan biji jagung, serta nasi bercampur ketela pohon atau nasi tiwul.
Mata pencaharian penduduk, mayoritas adalah petani kebun dengan produksi utama kopi robusta. Selain menjadi petani kebun penghasil kopi, mayoritas penduduk juga berprofesi sebagai peternak.
Uniknya, setiap penduduk di sana adalah guide sekaligus pelayan bagi wisatawan yang berkunjung ke dusun tersebut. (fath/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS