JEMBER – Ketua Komisi B DPRD Jember, Candra Ary Fianto memprediksi target 1 ton perolehan gabah dari setiap luasan sawah di Jember tidak terpenuhi.
Prediksi tersebut dia sampaikan setelah melihat ketercukupan air di sawah tidak optimal lantaran banyaknya saluran irigasi yang rusak.
Kepada media, Candra menyampaikan, terbitnya instruksi presiden no 2 tahun 2025 tentang Percepatan Pembangunan, Peningkatan, Rehabilitasi, Serta Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Untuk Mendukung Swasembada Pangan memang harus didukung.
Apalagi target pemerintah harga gabah Rp 6.500 per kilonya. “Jelas, dengan harga tersebut keberpihakan kepada petani nyata. Tapi PR-nya saat ini harus ada efisiensi anggaran,” ujar Candra, kemarin.
Jika efesiensi anggaran diterapkan, kata politisi PDI Perjuangan tersebut, secara otomatis dukungan Inpres no 2 tahun 2025 tidak maksimal.
Sebab, dengan keterbatasan anggaran volume perbaikan saluran irigasi sawah yang harus diselesaikan juga berkurang. Sementara kebutuhan padi adalah pengairan yang memadai dan cukup.
Dan untuk mewujudkan swasembada pangan, lanjutnya, yang harus diubah adalah masa pola tanam. Jika selama ini kebiasaan yang dilakukan petani dua kali masa tanam padi dan satu kali masa tanam jagung, ke depan harus masa pola tanam padi semua.
“Tetapi apakah itu bisa diwujudkan, jika saluran-saluran irigasi yang ada sudah waktunya perbaikan. Banyak lahan sawah yang kekurangan air akibat saluran airnya rusak, sehingga mengakibatkan volume kebutuhan air di sawah kurang,” bebernya
Sementara itu dari data yang dihimpun dari website Pemerintah Kabupaten Jember, tersaji Kabupaten Jember memiliki 461 daerah irigasi dengan 79 daerah irigasi yang memiliki luas total 16.471 ha dan mendapat pasokan sumber airnya Sungai Mayang.
Dan dari data yang tersaji ini belum diketahui jumlah luasan saluran air di Kabupaten Jember yang rusak. (art/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS