SUMENEP – Jelang hari pemungutan suara 14 Februari 2024, ratusan nelayan, kader dan pengurus PDI Perjuangan Desa Masalima berziarah ke makam pendiri NU Masalembu, Sayyid Muh. Yahya Al-Hasani, di Dusun Mandar, Desa Sukajeruk, Kecamatan Masalembu, Rabu (7/2/2024).
Dengan perahu berbendera PDI Perjuangan, para nelayan dan kader Partai mengarungi lautan Masalembu. Mereka bertolak dari Desa Masalima menuju Desa Sukajeruk kurang lebih selama satu jam. Meski ombang menerjang, ratusan bendera PDI Perjuangan tampak berkibar riang gembira mewarnai lautan.
Ketua Rombongan sekaligus Wakabid Kaderisasi dan Ideologi DPC PDI Perjuangan Sumenep, Darul Hasyim Fath, mengatakan bahwa ziarah ke makam pendiri NU Masalembu tersebut merupakan tradisi memanjatkan doa suci.
“Hari ini, kita berziarah ke makam pendiri NU Masalembu. Kita merawat tradisi memanjatkan doa suci. Itulah yang niscaya dari yang harus kita jalani sebagai wujud ketakdiman pada ulama penjaga keadaban publik, semacam civic virtue,” ujar Darul.
Seperti diketahui, Sayyid Muh. Yahya Al-Hasani, lahir 8 Juli 1902 wafat 16 September 1992. Dia merupakan pendiri NU Masalembu Tahun 1946 dan pendiri pesantren Assalafiyah Mandar Masalembu tahun 1950.
Menurut Darul, di tengah kondisi dinamika demokrasi yang mendapatkan banyak sorotan dari para guru besar di berbagai kampus, perlu kiranya kita untuk berpikir jernih dengan melakukan renungan dan doa.
“Mendekati tanggal 14 Februari, tidak bisa dipungkiri, suasa politik kita tensinya sedikit memanas. Kritik para akademisi harus kita dengar sebagai narasi ketulusan untuk menjaga agar pesta demokrasi berlangsung meriah. Tanpa rasa takut dan khawatir,” jelasnya.
“Makanya, kader dan simpatisan PDI Perjuangan Masalembu ini ziarah, ngaji bareng di makam pendiri NU Masalembu, Sayyid Muhammad Yahya Al-Hasani. Kita yakin, dengan ngalap barokah ulama, kita akan mampu menjalani pesta demokrasi ini dengan riang gembira,” imbuhnya.
Wakabid Kaderisasi dan Ideologi DPC PDI Perjuangan Sumenep itu juga menegaskan bahwa PDI Perjuangan dan NU memiliki pertalian yang kuat. Menurutnya, hubungan kaum nahdliyyin dan nasionalis sudah menjadi suratan takdir sejarah untuk beriringan menjaga NKRI.
“Bahkan dalam Muktamar ke-23 NU di Solo, Bung Karno mengungkapkan rasa cintanya pada NU. Kata Bung Karno, Meski harus merayap, saya akan tetap datang ke mukamar ini, agar orang idak meragukan kecintaan saya kepada NU,” tuturnya.
“Selain berdoa agar demokrasi berjalan lancar, kita juga berdoa semoga Pak Ganjar dan Pak Mahfud terpilih dan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden,” tandasnya. (set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS