Seseorang bisa menjadi Presiden RI, menurut Bung Karno, harus memenuhi tiga syarat pokok. Calon pemimpin itu harus pemberani, bijak dan menguasai dengan tepat dan benar ajaran Bung Karno.
Memasuki tahun politik jelang Pemilihan Umum Presiden atau Pilpres 2024, pemikiran dan ajaran dari Presiden ke-1 RI, Soekarno, dinilai masih sangat relevan dan aktual. Pemikiran tersebut diyakini bisa menjawab semua tantangan yang dihadapi bangsa dan memberikan jalan keluar sebaik-baiknya untuk mengatasi beragam permasalahan.
Kelebihan pemikiran dan ideologi Bung Karno ini diungkapkan putra sulungnya, Guntur Soekarno, saat berkunjung ke Kantor Harian Kompas, Senin (25/9/2023). Oleh Guntur, teladan Bung Karno tak hanya diterapkan dalam konteks bernegara, tetapi juga keseharian, termasuk dalam hal kecil, seperti disiplin waktu.
Sebagai putra tertua yang sering kali diajak menemani Bung Karno, termasuk dalam agenda kenegaraan, Guntur mereplikasi nilai-nilai Soekarno dalam keseharian. Disiplin waktu antara lain ditunjukkannya ketika tiba waktu minum obat. Ia pun lantas menyetop perbincangan hangat bersama Pemimpin Umum Harian Kompas Lilik Oetama, Wakil Pemimpin Umum Budiman Tanuredjo, serta Pemimpin Redaksi Harian Kompas Sutta Dharmasaputra dan jajaran Redaksi Kompas.
”Bagaimana meminta masyarakat disiplin kalau kita sendiri tidak disiplin. Gembar-gembor disiplin, disiplin, diketawain sama mereka. Jadi kata dokter saya mesti minum obat jam 12.30. Kalau saya belum lihat jam saya sendiri, saya belum percaya,” ujar Guntur yang kemudian mengambil jam saku dari balik kemejanya.
Syarat pemimpin
Guntur lantas menyebut tiga syarat pemimpin yang cocok bagi bangsa Indonesia yang sesuai dengan pemikiran Bung Karno. Seseorang bisa menjadi Presiden RI, menurut Bung Karno, harus memenuhi tiga syarat pokok. Calon pemimpin itu harus pemberani, bijak, serta menguasai dengan tepat dan benar ajaran Bung Karno.
”Terutama (ajaran) Pancasila 1 Juni, UUD 45 asli yang belum diamendemen, siapa yang bisa memenuhi tiga syarat. Kemungkinan besar bisa jadi Presiden. Sekarang misalnya ada tiga kandidat. Ganjar, Prabowo, Anies. Lihat saja mana yang paling memenuhi: ya itu (yang akan dipilih rakyat),” ucap Guntur.
Relevansi pemikiran dengan situasi politik masa kini ini antara lain tecermin dari banyaknya tokoh politik yang masih mengaitkan dirinya dengan Bung Karno. ”Pemikiran Bung Karno bisa menjawab segala permasalahan dan bisa mencarikan jalan keluar. Sekarang masalah apa yang belum bisa diatasi yang nanti bisa diatasi kalau kita laksanakan dengan metode-metode Soekarno. Kan banyak sekali,” tambahnya.
Dalam bidang pendidikan, misalnya, Bung Karno menekankan pentingnya pembinaan watak bangsa atau national character building. Tanpa pembinaan mental bangsa, pembangunan segala bentuk infrastruktur tidak akan terealisasi. Menurut Guntur, semua pemikiran Bung Karno harus dipegang, mulai dari Pancasila, Trisakti (berdaulat dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam berkebudayaan), hingga politik bebas aktif.
”Kompas” lawan PKI
Pemikiran Bung Karno pun masih relevan seperti ketika menjawab polemik di masyarakat akhir-akhir ini seperti tentang kepemilikan data intelijen terkait partai politik yang dikantongi Presiden Joko Widodo. Presiden Jokowi pun menyebut bahwa data serupa dimiliki presiden-presiden sebelumnya.
Guntur lantas mengutip pernyataan G.W.F. HEGEL (1770-1831) yang menyatakan bahwa negara adalah penjelmaan dari ide absolut. Namun, Bung Karno tidak menerima gagasan tersebut. Menurut Bung Karno, negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang dikelola oleh suatu pemerintahan dan dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara.
”Presiden sebagai kepala negara itu sudah suatu keharusan menurut Bung Karno, kepala negara itu harus tahu semua apa yang akan terjadi dan terjadi pada negaranya. Jadi semua data intelijen, kepala negara mesti tahu dan enggak boleh diumpet-umpetin,” ujar Guntur.
Memasuki tahun politik, Guntur juga mengingatkan tentang betapa besar perhatian Bung Karno terhadap peran media massa. Ketika masih menjabat sebagai Presiden, Bung Karno selalu sarapan dengan informasi dari beragam media massa di Istana Kepresidenan.
”Pagi, di meja di depan kamar Bung Karno, sudah ada setumpuk koran-koran dari berbagai partai ada Suluh Indonesia, ada Duta Masyarakat. Termasuk Kompas, juga buletin Antara, Aneta. Lebih kurang ada 15 media,” tambahnya.
Kehadiran media arus utama, seperti surat kabar, televisi, dan radio sangat penting bagi suatu negara. Mendekati Pemilu 2024, peran media massa juga menjadi semakin penting karena banyak berita bohong yang bertebaran. Untuk itu, media arus utama harus menjadi petunjuk bagi masyarakat sehingga tidak tersesat di tengah ketidakpastian informasi.
Meskipun sangat paham tentang politik dan tidak antipolitik, Guntur menyatakan tidak tertarik terlibat langsung dalam kontestasi pilpres. Apalagi, Presiden Soekarno pun pernah berpesan secara tertulis dalam buku biografi Soekarno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams agar Guntur tidak menjadi presiden.
”Bung Karno, Bapak selalu berdoa kepada Allah SWT agar putra pertamanya, yang namanya Guntur Soekarnoputra jangan menjadi Presiden. Karena pekerjaan seorang presiden itu sangat berat,” ujar Guntur yang mengaku gembira dengan amanat itu.
Guntur mengaku sama sekali tidak suka mengikuti aturan protokoler kenegaraan. Padahal, sejak mahasiswa di Institut Teknologi Bandung, ia sudah terlibat aktif sebagai ketua tim indroktinasi dasar di ITB dan menjadi wakil ketua komisariat GMNI ITB.
Ketidaktertarikannya masuk parpol lebih karena tidak bersedia masuk parpol hasil fusi. Fusi partai merupakan penyederhanaan atau penggabungan partai yang merupakan salah satu kebijakan oleh Presiden Soeharto.
”Saya menentang, saya enggak setuju ada fusi. Partai hasil fusi, pasti akan di dalamnya akan terjadi faksi-faksi yang enggak akan hilang. Dan kalau faksi-faksi itu menipis, faksi lain akan timbul, yaitu faksi perseorangan,” ucap Guntur. (sumber: kompas.id)
Keterangan foto:
Putra Presiden ke-1 RI Soekarno, Guntur Soekarno (ketiga dari kiri), berbicara di Kantor Redaksi Harian Kompas, Jakarta, Senin (25/9/2023). Guntur diterima CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama, Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo, dan Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra.
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS