Di tangan Eddy Rumpoko, Kota Batu yang masih berusia 13 tahun terus menggeliat. Pariwisata Batu maju pesat. Setiap akhir pekan, wisatawan memadati objek wisata buatan maupun alam di kota apel tersebut.
SEJAK menjabat wali kota Batu pada 2007, Eddy Rumpoko melakukan banyak inovasi dan terobosan. Dia berhasil mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Kota Batu. Melalui tangan dinginnya, Eddy menata dunia wisata dan investasi yang sempat terpuruk akibat luapan lumpur Lapindo Sidoarjo pada 2006.
Saat mulai menjabat, Eddy dihadapkan pada kondisi hotel, penginapan, dan restoran yang terancam gulung tikar. Sepinya wisatawan membuat para pengelola usaha siap-siap menjual aset dengan harga murah. Jumlah kunjungan wisata saat itu turun drastis. ”Saya merumuskan sesuatu agar mereka tetap bertahan,” kata Eddy.
Pada awal periode, Eddy merayu para pengusaha maupun investor agar tetap mempertahankan tempat usaha mereka. Dia kemudian membuat berbagai kegiatan yang mampu menyedot kunjungan wisata. Selain itu, pria yang lahir di Manado, 55 tahun silam, itu memberikan jaminan keamanan kepada investor untuk menginvestasikan modalnya. Masyarakat diajak mengangkat budaya lokal untuk memancing wisatawan di Kota Batu. ”Saya melihat banyak potensi wisata yang belum tergarap. Itu kami tawarkan kepada investor,” ungkap Eddy.
Tawaran politikus PDIP itu direspons banyak investor. Wisata edukasi menjadi bidikan utama para investor. Sasarannya adalah pelajar maupun keluarga. Wisata buatan berbasis edukasi tersebut mampu membuat Kota Batu kembali dikenal luas. Melihat jumlah kunjungan wisata naik, Eddy kembali membuat terobosan baru. Dia mengemas Alun-Alun Kota Batu sebagai tempat wisata. ”Awalnya kami bangun khusus untuk wisata masyarakat Kota Batu. Konsepnya, taman yang nyaman dan wahana bermain anak-anak,” ungkap suami Dewanti Rumpoko itu.
Sejak Alun-Alun Kota Batu dipugar, jumlah kunjungan wisata terus naik. Investor seakan berlomba menanamkan modalnya ke Kota Batu. Hotel, penginapan, dan restoran mulai tumbuh dengan subur. Nilai investasi yang masuk mencapai Rp 9,7 triliun. Bahkan, di kota yang hanya memiliki tiga kecamatan dengan jumlah penduduk 200 ribu jiwa tersebut, berdiri sebuah mal. Jumlah objek wisata buatan yang sebelumnya hanya tiga kini menjadi lebih dari 10. Jumlah kunjungan wisata ke Kota Batu pada 2014 mencapai 3 juta orang. Angka itu naik drastis jika dibandingkan dengan saat Eddy baru menjabat pada 2007. Ketika itu jumlah kunjungan wisata kurang dari 1 juta orang.
Saat ini Eddy mulai mengembangkan wisata alam dengan jargon Shining Batu. Dia menggandeng Perum Perhutani KPH Malang. Pemkot Batu pun menyiapkan wisata alam di Coban Talun, Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Kawasan hutan produksi tersebut akan dikembangkan menjadi objek wisata alam, Eco Wisata, Sivopasture, dan Agroforestry. Agar ekosistem tetap terjaga, Pemkot Batu juga menggandeng Lembaga Masyarakat Desa Hutan.
Di kawasan tersebut, akan dikembangkan pertanian organik. ”Wisata dan tanaman organik menjadi prioritas,” katanya.
Batasi Investasi, Lindungi Pertanian
Meningkatnya jumlah kunjungan wisata di Kota Batu berdampak pada pendapatan asli daerah(PAD). Pada 2014 PAD Kota Batu mencapai Rp 78 miliar.
Peningkatan PAD mulai terlihat pada 2010. Saat itu PAD-nya Rp 17 miliar. Kemudian, PAD pada 2011 menjadi Rp 30 miliar. Lalu, pada 2012 naik lagi menjadi Rp 38 miliar. Kemudian, PAD 2013 kembali terdongkrak hingga Rp 59 miliar.
Capaian tersebut tidak membuat Eddy puas. Pria yang memiliki latar belakang pengusaha itu pun terus menggali potensi PAD di berbagai sektor. ”Semuanya harus cermat dan detail. PAD yang besar bisa digunakan untuk membangun daerah agar terus naik,” ungkap kader Pemuda Pancasila tersebut.
Investor yang ingin masuk Batu semakin banyak. Namun, Eddy mulai mengatur strategi. Dia membatasi berdirinya hotel baru. Begitu juga dengan objek wisata buatan baru. Tujuannya, investor yang sudah masuk sebelumnya mendapatkan untung.
Selain itu, dia mencegah alih fungsi lahan pertanian ke bangunan gedung. Karena itu, sekarang Eddy lebih fokus pada pertanian organik. Dia mengajak petani agar mau mengurangi bahan kimia di lahan pertanian.
Pertanian organik yang mulai digagas Eddy pada 2012 tersebut sekarang sudah menunjukkan hasil. Sebagian besar petani beralih ke pertanian organik. ”Saya ingin Kota Batu menjadi basis pertanian sehat di Indonesia,” urai Eddy. (jawapos)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS