KEDIRI – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri berkomitmen membuka kerja sama sektor seni, budaya, dan pariwisata dengan pihak manapun.
Tujuannya, sebut bupati yang juga kader PDI Perjuangan tersebut, adalah untuk memberdayakan seni budaya sebagai benteng kepribadian bangsa.
“Ini komitmen kami dalam nguri-nguri dan memperkokoh tekad dalam memberdayakan seni budaya daerah sebagai benteng yang kuat untuk memperkokoh kepribadian Indonesia,” kata Hanindhito, dalam keterangan persnya di Kediri, Minggu (16/10/2022).
Hal tersebut disampaikan Mas Dhito, sapaan akrabnya, melalui Wakil Bupati (Wabup) Kediri Dewi Mariya Ulfa saat menghadiri pagelaran kolosal Candet Ding Pituning Pitu bertajuk Indonesia Raya Sujud Ibu di Candi Tegowangi, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Sabtu (15/10/2022).
Pagelaran kolosal itu merupakan salah satu rangkaian acara roadshow Bali Nata Bhuwana yang digelar oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali.
Perlu diketahui, Mas Dhito mempunyai perhatian khusus terhadap seni budaya. Pihaknya bahkan sering menyediakan ruang bagi kegiatan-kegiatan seni dan budaya, mulai jari seni jaranan, wayang, pelestarian keris, hingga diskusi-diskusi budaya.

Dewi melanjutkan, selain sebagai media hiburan, pagelaran tersebut juga bisa dijadikan sebagai ajang promosi pariwisata untuk mengenalkan potensi daerah Bumi Panjalu.
“Termasuk juga ajang bagi generasi muda menunjukkan kreativitas serta menambah wawasan dan penguasaan seni budaya bagi kaum milenial,” tutur wanita yang akrab disapa Mbak Dewi itu.
Sementara itu, Rektor ISI Denpasar, I Wayan Adnyana mengatakan, pihaknya memilih Kota Surabaya sebagai lokasi untuk pameran, seminar, dan workshop budaya.
“Terus yang di Kediri kami melakukan tari kolosal Candet Ding Pituning Pitu Indonesia Raya: Sujud Ibu itu,” terangnya.
Dia menjelaskan, tari yang dilakoni oleh 148 penari mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan tersebut merupakan kreasi baru pengembangan tradisi yang menceritakan kepahlawanan Garudya.
“Garudya itu tidak mengenal kematian untuk melakukan kepahlawanan, sampai menemukan Tirta Amerta. Tegaknya kepahlawanan tidak boleh pudar yang kita contoh dari kepahlawanan Garudya tersebut,” beber Wayan. (putera/pr)










