SURABAYA – Tiga hari jelang akhir masa jabatannya, Wali Kota Tri Rismaharini meresmikan dimulai pengerjaan konstruksi underpass yang menghubungkan Jl. Mayjend Sungkono dan Jl. HR Muhammad, Jumat (25/9/2015). Peletakan batu pertama tepat di Bundaran Satelit itu juga dihadiri jajaran pengurus DPD Real Estate Indonesia (REI) Jawa Timur.
Tri Rismaharini mengatakan, sebenarnya Pemkot Surabaya telah mengalokasikan dana Rp 65 miliar untuk proyek underpass ini. Studi kelayakan underpass pun sudah dilaksanakan sejak 2012.
Namun, dalam perkembangannya ternyata proyek ini mendapat dukungan dari pengembang. Sampai akhirnya pengembang yang tergabung dalam REI Jatim berinisiatif membangun underpass. Dengan begitu, seluruh pembiayaan pembangunan underpass ditanggung para pengembang.
“Dana dari APBD yang awalnya dialokasikan untuk membangun underpass bisa dialihkan ke program-program lain, seperti pembangunan pedestrian dan saluran,” kata Risma.
Dia menambahkan, underpass nantinya akan diintegrasikan dengan jalur angkutan massal perkotaan berupa monorel. Moda transprotasi itu rencananya akan menghubungkan Surabaya barat dan timur.
Selain itu, untuk proyek ini seminimal mungkin tidak memerlukan pembebasan lahan karena menggunakan ruang milik jalan (rumija).
Risma optimistis proyek infrastruktur ini akan menjadi salah satu warisan yang kelak bisa dinikmati generasi di masa mendatang. Dia juga yakin suatu saat Surabaya mampu menjadi kota wisata arsitektur yang maju.
“Mari kita persembahkan yang terbaik untuk anak-cucu kita,” ujar perempuan yang kembali mencalonkan diri sebagai wali kota periode 2015-2020 di Pilkada Surabaya 2015 berpasangan dengan Calon Wakil Wali Kota Whisnu Sakti Buana tersebut.
Underpass bundaran satelit rencananya dibangun sepanjang 473 meter dengan lebar 19 meter. Kemiringan jalan memanjang sebesar 3 persen. Jalan bawah tanah tersebut terdiri atas empat lajur dengan dua arah terpisah.
Tinggi underpass yakni 5,5 meter. Terdapat tiga simpang sebidang untuk mengakomodir kendaraan berat yang tidak mampu melalui kemiringan 3 persen atau melebihi ketinggian 5,5 meter.
Meski posisi jalan lebih rendah, underpass dipastikan tidak akan tergenang air hujan. Pasalnya, di bawah underpass tersebut sudah terdapat saluran air. Tak hanya itu, nantinya satu unit rumah pompa akan dibangun tepat di sebelah underpass sebagai antisipasi bila curah hujan tinggi.
Sementara itu, Ketua DPD REI Jatim Paulus Totok Lusida mengatakan, alasan pengembang bersedia membantu pemkot membangun underpass karena selama ini pengembang merasa dimudahkan dengan sistem perizinan baru di Surabaya. Dengan sistem perizinan online Surabaya Single Window (SSW), pengembang merasakan adanya suatu efisiensi.
“Nah, efisiensi pengurusan perizinan inilah yang kita sumbangsihkan berupa underpass,” ungkapnya.
Dia menyatakan, sebanyak 20 hingga 30 pengembang akan bahu-membahu menuntaskan proyek underpass ini, dan ditargetkan rampung dalam 1,5 hingga 2 tahun. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS