MAGETAN – Omzet telur asin Ramadani sempat menurun di awal pandemi Covid-19. Kini, omzet terus bergerak naik menyusul rupa-rupa inovasi dilakukan sang pemilik.
“Omzet sempat turun hampir 75 persen,” kata Anik Darwati, sang owner, Selasa (27/7/2021).
Melihat situasi ini, Anik Darwati memutar otak. Berbagai strategi dijalankan. Dalam pemasarannya, Ramadani memiliki 3 outlet, yaitu di Kabupaten Magetan, Madiun, dan Ponorogo. Selain itu, juga merambah market place e-commerse atau mall online. Pasar yang tidak kalah laju yaitu “sunday market” yang ada di beberapa kecamatan, kabupaten, bahkan kota lain.
“Ini adalah salah satu kiat Ramadani dalam bisnisnya di masa pandemi,” ungkap Anik Darwati, MPd yang juga dosen di salah satu perguruan tinggi di Kota Ponorogo.
Selama pandemi hampir 1,5 tahun berlalu, Ramadani menggeser gaya bisnisnya. Dari semula berkerumun di pasar minggu, kini harus bergeser menjadi delivery order. Sebab pemasaran secara langsung, omzet jatuh hingga 75 persen.
Namun sebagai pengusaha, Ramadani tidaklah diam menerima kondisi selama pandemi. akhirnya presentasi-presentasi produk disodorkan pada lembaga, instansi baik swasta atau pemerintah yang sedang giat dalam bakti sosial dan kegiatan-kegiatan sosial selama pandemi.
“Ini siasat kita untuk dapat bertahan,” terang mantan Wakil Ketua Bidang SDM dan Kebudayaan DPC PDI Perjuangan Ponorogo ini.

Dan kini, omsetpun kembali membaik. Bahkan melebihi dari yang sebelumnya. Untuk bisa menarik konsumen, Ramadani juga berinovasi dalam kemasan marketing yaitu eduwisata, berlatar belakang tutupnya sunday market di berbagai tempat.
Pembeli oleh-oleh telur asin yang kebanyakan dari luar kota butuh tempat istirahat atau istilahnya sekadar rest area. Akhirnya Ramadani memfasilitasi galerinya dengan tempat (taman) yang nyaman untuk bersantai, galeri kuliner, dan kolam renang dalam satu atap produksi (workshop) telur asin.
Dengan penggabungan atau kombinasi dari produk telur asin dan ecowisata, tujuan usaha tercapai dengan baik bahkan ada penambahan pendapatan dari hasil pengembangan usaha baru.
Kini, di saat pandemi, Anik telah berhasil mempertahankan bisnisnya bahkan menaikkan omzet telur asin rasa rendang varian bakar, telur asin original, hingga varian kukus produksinya. Kiat dan strategi baik di bidang produksi, kemasan dan sistem pemasarannya sukses bertahan di saat para pebisnis lain kelimpungan. (rud/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS