BANYUWANGI – Ribuan warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi tumpah ruah jalanan menyaksikan tradisi adat keboan. Tradisi yang digelar setiap tahun pada bulan Suro atau Muharram itu diawali dengan selamatan kampung di jalan utama desa. Lalu selamatan di empat penjuru desa (ider bumi).
Bersamaan dengan itu, sejumlah petani yang yang telah kerasukan siap menjalani ritual keboan. Mereka berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin. Saat berkeliling desa inilah, para “kerbau” itu bertingkah layaknya siklus cocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
Ketua DPRD Kabupaten Banyuwangi, I Made Cahyana Negara, yang berkesempatan hadir dalam acara tersebut menyampaikan bahwa tradisi adat menjadi salah satu elemen penting dalam membentuk identitas budaya suatu daerah. Tradisi adat mencerminkan sejarah, nilai-nilai, dan norma-norma yang dipegang oleh masyarakat setempat.
”Tradisi adat keboan Desa Aliyan ini juga merupakan wadah yang mengandung pengetahuan dan kearifan lokal yang telah teruji selama bertahun-tahun. Pelestarian tradisi adat keboan berarti melestarikan pengetahuan dan kearifan lokal yang berharga bagi perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat,” ujar Made di Jember, Minggu (23/7/2023).
Pria yang juga menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Banyuwangi itu mengatakan, tradisi adat keboan Alyan merupakan warisan budaya yang berharga dan perlu dilestarikan. Melestarikan tradisi adat berarti menjaga keberlanjutan identitas budaya, konservasi pengetahuan, dan kearifan lokal, serta mendorong pengembangan pariwisata budaya.
”Dengan pendidikan, dukungan pemerintah, dan kolaborasi yang baik, tradisi adat keboan Desa Aliyan ini dapat terus hidup dan menjadi kebanggaan bagi generasi sekarang dan mendatang,” tuturnya.
Sekadar diketahui, di Banyuwangi sendiri ada dua desa yang masih melaksanakan tradisi adat keboan, yaitu Desa Aliyan dan Desa Alasmalang. Tujuan dari dilakukannya ritual itu pada umumnya sama, hanya saja alur pelaksanaannya berbeda di masing-masing desa.
Di Desa Aliyan, tradisi ini dilakukan dalam lima tahap. Tahap pertama adalah tahap persiapan dengan memasang umbul-umbul di sepanjang jalan desa. Tahap kedua dengan membuat kubangan yang lokasinya disesuaikan rute arak-arakan manusia kerbau. Kubangan tersebut melambangkan persemaian padi yang akan menghasilkan butir-butir beras.
Tahap ketiga dengan membuat gunungan hasil bumi berupa buah-buahan dan hasil bumi lain. Tahap keempat dilakukan dengan mengarak manusia kerbau ke seluruh penjuru desa. Tahap terakhir adalah ngurit, yaitu pemberian benih padi kepada para petani untuk ditanam. (aras/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS