
JAKARTA – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Tjahjo Kumolo menegaskan bahwa revolusi mental aparatur negara merupakan sebuah keharusan untuk mencapai tujuan pembangunan.
“Presiden Soekarno pernah mengatakan bahwa revolusi mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala,” tandas Tjahjo saat menjadi pembicara dalam kuliah daring Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Sespimti Polri Dikreg ke-29, Jumat (15/5/2020).
Tjahjo menyebutkan upaya membangun Indonesia menjadi negara besar dan maju diperlukan lebih dari sekadar hal yang bersifat fisik. Aparatur negara dengan jiwa kebangsaan kokoh, sebutnya, adalah modal utama yang diperlukan saat ini.
Menurut Tjahjo, hal itu menjadi dasar dari dihidupkannya kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo yang relevan untuk bangsa Indonesia yang sedang menghadapi tiga masalah pokok. Yakni merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.
Gerakan revolusi mental dibagi menjadi lima program gerakan nasional, salah satunya, yakni Gerakan Indonesia Melayani (GIM) yang fokus pada penciptaan budaya baru di lingkungan unit kerja dan organisasi aparatur negara.
Tjahjo menuturkan, ada enam poin budaya baru yang ingin dibangun. Yakni pertama adalah kepekaan terhadap orang lain, baik pengguna layanan, pemangku kepentingan, bawahan maupun pegawai lainnya.
Kedua munculnya pegawai yang inovatif, kreatif, dan cerdas. Poin ketiga, adanya keberanian untuk mengambil risiko untuk keputusan strategis yang mendesak.
Keempat, memperlakukan pegawai sebagai aset paling berharga bagi organisasi. Poin terakhir, keterbukaan komunikasi bagi pegawai dan membangun hubungan yang solid antarpegawai.
Mantan Sekjen PDI Perjuangan ini mengatakan, membangun budaya baru di unit kerja maupun organisasi bukanlah sesuatu yang mustahil. Karena hal tersebut dapat terlaksana apabila ada kemauan dari aparatur negara untuk melakukan perubahan dan berani keluar dari zona nyaman.
“Kita harus mengubah cara kita melayani masyarakat. Kita harus membangun sinergi antarsatuan kerja dalam mewujudkan target-target pembangunan,” tambah dia.
Tjahjo menegaskan ada beragam kunci yang harus dikombinasikan untuk menjamin keberhasilan revolusi mental bagi aparatur negara, namun yang paling utama dari semua itu adalah konsistensi dan komitmen.
Dia meyakini jika upaya perubahan dilakukan secara konsisten dan penuh komitmen, maka ke depan pemerintahan Indonesia menjadi pemerintahan yang disegani dan dihormati tidak hanya oleh masyarakatnya, tetapi juga oleh dunia internasional.
“Mari kita tingkatkan kerja sama bahu-membahu untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat, serta keunggulan bangsa agar mampu berkiprah tidak hanya di tingkat lokal, tapi juga di tingkat nasional dan internasional,” pungkasnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS