JAKARTA – Tiga arsip pidato Presiden Soekarno diajukan sebagai bagian dari warisan dokumenter dunia atau Memory of the World (MoW) UNESCO tahun 2018-2019. Tiga pidato proklamator kemerdekaan RI tersebut, yakni “Unity in Diversity Asia Africa”, “To Build The World a New”, dan “New Emerging Forces”.
Yang mengajukan, adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), ANRI, dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Pidato pertama Soekarno yang diajukan berjudul “Unity in Diversity Asia Africa”. Pidato tersebut diucapkan Soekarno pada Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan pada 18-24 April 1955 di Bandung.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala LIPI Bambang Subiyanto, pidato tersebut menunjukkan komitmen Indonesia dalam upaya melawan kolonialisme di Asia Afrika. Soekarno telah membuka cakrawala pemikiran baru di dunia.
“Pergerakan negara-negara Asia dan Afrika ini tidak lepas dari peran Soekarno,” kata Bambang, di auditorium LIPI, Jakarta, Selasa (17/4/2018).
Bambang menuturkan, pidato berjudul “To Build The World a New” yang disampaikan pada Sidang Umum PBB tahun 1960 merupakan gagasan Soekarno yang menyentak dunia.
Kemudian Soekarno juga membacakan pidato berjudul “New Emerging Forces” pada KTT Non Blok di Beograd, Serbia, tahun 1961.
Dia mengungkapkan, upaya pengajuan tersebut untuk membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya warisan dokumenter Indonesia serta bagian meningkatkan pembangunan karakter bangsa.

Selain itu, lanjut Bambang, pengajuan tiga pidato sebagai bagian MoW UNESCO merupakan komitmen menjaga dan melestarikan kekayaan bangsa-bangsa di dunia dalam bentuk pusaka dokumenter.
“Tujuannya untuk menjaga dan melestarikan kekayaan dalam documentary heritage secara bijak karena dokumen-dokumen tersebut memiliki nilai sejarah dan artistik yang tinggi,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Jasa Ilmiah LIPI Mego Pinandito mengungkapkan, Soekarno memiliki peran besar dalam perkembangan peradaban dunia. Tidak hanya perannya sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, tetapi juga sebagai tokoh yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang mengubah dunia.
Mego berharap tiga pidato Soekarno tersebut akan diterima sebagai MoW UNESCO pada 2019. “Kami berharap pengusulan bisa sukses di tahun mendatang. Kemungkinan tahun depan karena tahun ini UNESCO memoratorium seluruh usulan,” ucapnya.
MoW adalah salah satu program UNESCO berupa ingatan kolektif dunia yang didorong dari kesadaran akan keadaan pelestarian dan akses terhadap warisan dokumenter di berbagai belahan dunia.
Sampai saat ini, Indonesia berhasil mendapat pengakuan dunia untuk naskah La Galigo, naskah Nagarakretagama, naskah Babad Diponegoro, arsip Konferensi Asia Afrika, arsip restorasi Borobudur, dokumentasi tsunami Samudra Hindia, dan naskah cerita Panji.
Hadir di acara tersebut, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Menlu AM Fachir, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, dan rohaniawan Romo Benny Susetyo.
Selain itu, hadir pula politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka, Charles Honoris, dan Masinton Pasaribu serta sejumlah perwakilan negara sahabat. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS