
JAKARTA – PDI Perjuangan tak sependapat jika langkah Presiden Joko Widodo menggandeng Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masuk kabinet dianggap berpotensi menciptakan pemerintah yang berkuasa penuh.
Politisi PDI Perjuangan Eva Sundari kepada wartawan mengatakan, meski Gerindra merapat, namun Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat (PD) berada di luar pemerintah.
“Toh PAN-PKS-PD tetap di luar pemerintah,” kata Eva Sundari, Rabu (23/10/2019).
Dia menjelaskan, di masa Orde Lama dan Orde Baru, tak dikenal istilah oposisi dalam perpolitikan Tanah Air. Istilah tersebut digunakan saat Era Reformasi.
Menurut Eva, gaya berpolitik Indonesia yang tepat adalah yang bermusyawarah untuk mencapai mufakat.
“Menurutku sudah saatnya kita praktikkan demokrasi Pancasila, musyawarah mufakat, di mana di dalamnya ada fungsi kritis, dialektik,” ujarnya.
“Kata Bung Karno: dalam musyawarah kita boleh berbantah, debat, adu argumen, tapi akhirnya sampai ke mufakat,” sambung dia.
Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno juga menepis anggapan bahwa pemerintah akan menjadi superpower dengan bergabungnya oposisi. Dia lalu menyinggung konsep gotong royong.
Menurut Hendrawan, sesungguhnya politik nasional kita dari dulu cenderung lebih akomodatif dan inklusif.
“Bila ditelusuri, akar sejarahnya ada pada konsepsi gotong royong yang ada di hampir semua budaya suku di Nusantara. Budaya komunalisme dan kolektivisme yang lebih menekankan kebersamaan dan harmoni,” tutur Hendrawan.
Dia menilai gaya demokrasi seperti di negara Barat yang sangat liberal dan berkembang dengan narasi kontestasi adalah kontrastasi, berdampak pada kehidupan sosial di Indonesia.
“Berembusnya demokrasi liberal dengan nilai-nilai individualisme sedikit mengoyak anyaman sosial masyarakat kita. Dalam Demokrasi Barat, narasi yang dikembangkan dalam kontestasi adalah kontrastasi, mengutamakan perbedaan, melihat kelemahan pihak lawan sebagai peluang dominasi atau hegemoni,” urai Hendrawan.
“Repotnya, kita terseret dengan demokrasi gaya adversarial sarat rivalitas ini, demokrasi gaya ‘cowboy’ ini. Mari kita kembangkan demokrasi musyawarah untuk mufakat,” imbuh dia. (goek)