PACITAN – Jajanan pasar sempolan lumrah ditemui di Kabupaten Pacitan. Penjual sempolan biasanya menggunakan gerobak untuk berjualan. Pandemi Covid-19 cukup memberi pukulan yang mendalam bagi nasib penjual sempolan.
Tatang Prayogi, salah seorang penjual sempolan mengaku bahwa pandemi Covid 19 berpengaruh banyak terhadap hasil penjualan sempolan. Dirinya sempat berhenti berjualan kurang lebih tiga bulan. Tetapi menjelang Lebaran 2020 sempolan ini kembali berjalan.
“Saat awal pandemi lapak tutup selama kurang lebih tiga bulan. Baru saat mendekati lebaran tahun lalu, kembali buka. Itu pun dengan pendapatan omzet separuh dari biasanya” ujar Tatang, Senin (19/4/2021).
Sebelum pandemi, Tatang biasanya mendapatkan omzet sekitar 300-400 ribu satu hari. Hal itu kadang bisa bertambah banyak jika bertepatan dengan momentum tertentu, misalnya ada hiburan atau pertunjukan seni.
Di masa sulit pandemi Covid-19 itu, Tatang terus berinovasi dalam menjual sempolannya. Salah satu invasi itu menjual sempolannya dengan sistem delivery order. Sayangnya, inovasi delivery order ini tidak bisa bertahan lama mengingat cuaca sering hujan, menyebabkan medan di wilayahnya rusak berat.
“Sempat menggunakan trobosan delivery order. Tapi itu hanya berjalan kurang lebih satu minggu, karena medan dan cuacanya tidak bersahabat, ” jelas Tatang.
Seiring berjalanya waktu dan usaha tak kenal menyerah, kader PDI Perjuangan itu mempertahankan usaha sempolannya sampai saat ini. Ke depan Tatang berharap dengan adanya vaksin Covid-19, kondisi kembali normal.
“Adanya vaksin ini semoga dapat meredakan pandemi ini, hiburan-hiburan rakyat bisa berjalan agar omzet sempolan ini kembali naik, ” beber Tatang dengan nada penuh harap.
Tatang memulai usaha kecil berjualan sempolan pada tahun 2017. Usaha sempolan ini berlokasi di Jalan Pacitan-Ponorogo, tepatnya di depan Kantor BRI Pasar Kebondalem, Kecamatan Tegalombo.
Di awal usahanya Tatang berjualan sendiri. Akan tetapi setelah berjalan beberapa bulan Tatang menggunakan tiga orang untuk membantunya dalam produksi maupun pemasaran. Dengan usaha sempolan itu Tatang berharap dapat membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda di desanya.
“Selain untuk mendapatkan keuntungan pribadi, di sini saya juga memiliki tujuan untuk mengurangi angka pengangguran terutama pemuda desa,” ujar pria yang tercatat sebagai fungsionaris Badan Kebudayaan Nasional PDI Perjuangan Kabupaten Pacitan itu.
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS