SURABAYA – Wali Kota Eri Cahyadi menargetkan dalam 3 bulan mendatang Surabaya zero stunting. Hal ini menyusul angka stunting atau kerdil di Kota Surabaya yang menurun drastis dari 5.727 pada Oktober 2021, sekarang menjadi 1.626.
“Saya ingin 3 bulan ke depan dipantau terus,” kata Eri Cahyadi, di Surabaya, Minggu (6/3/2022).
Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya sebelumnya menyebut angka stunting di Surabaya pada Oktober 2021 ada 5.727 kasus, namun, tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785 kasus.
Dari jumlah 1.785 balita stunting pada 31 Desember 2021 tersebut, Dinkes Surabaya berhasil menurunkannya menjadi 1.657 balita stunting pada 31 Januari 2022. Sedangkan pada awal Maret 2022 turun lagi menjadi 1.626.
Eri mengatakan, dalam mengatasi masalah stunting bukan hanya tugas Pemkot Surabaya dan TP PKK saja, tapi juga peran dari Kader Surabaya Hebat serta seluruh stakeholder. Dengan kebersamaan tersebut, dia berharap angka stunting di Kota Surabaya bisa ditekan lagi.
“Kami didukung betul oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim, sehingga semua stakeholder nanti akan menjadi satu bagian agar bisa zero stunting,” ujarnya.
Politisi PDI Perjuangan ini berpesan, tugas pemerintah jangan sampai mempermalukan wong cilik, karena pemerintah hadir adalah untuk memberikan yang terbaik untuk warga Surabaya.
Oleh karena itu, dia ingin nantinya para kader melanjutkan gerakan Surabaya Emas (eliminasi masalah stunting) sebagai motivasi mengatasi stunting ke depannya.
“Insya Allah nanti kalau sudah ada SK Kader Surabaya Hebat itu muncul, saya inginnya per RW. Jadi nanti per RW itu akan dapat penghargaan, jika angka stunting-nya paling sedikit,” ujarnya.
“Tidak hanya stunting, tapi juga tidak ada gizi buruk, orang miskin yang tidak masuk ke dalam MBR (masyarakat berpenghasilan rendah), saya harap tidak ada lagi itu,” imbuh Eri. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS