PONOROGO – Perjuangan Desa Paringan, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo selama 4 tahun ini tidaklah sia-sia. Desa yang awalnya dikenal dengan stigma “desa gila” karena banyak dihuni oleh ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa), berhasil mengubah citranya menjadi desa berprestasi.
Hal tersebut terbukti dengan disandangnya Juara II Pemenang Lomba Desa dan Kelurahan Terbaik Provinsi Jawa Timur Tahun 2021 kategori desa, yang diperoleh dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur.
Suwendi, Kepala Desa Paringan, yang menjabat selama 4 tahun ini sejak awal dilantik menjadi kades, sudah memikirkan inovasi apa yang akan dilakukannya agar citra desa gila bisa diubah.
“Sebelum saya jadi kades kan kondangnya desa gila, saya ingin mengubah citranya itu dengan gerakan-gerakan yang tentu bisa kami lakukan yang bisa bermanfaat dengan didukung gotong royong masyarakat yang luar biasa kompaknya. Sekarang bisa dilihat hasilnya,” ucap Suwendi ketika dihubungi via telepon, Sabtu (16/10/2021).
Malahan, Suwendi mengaku kalau sejak awal tidak ada niat untuk ikut lomba. Maka dari itu tidak ada persiapan khusus, melainkan memaksimalkan potensi yang ada.
“Sebenarnya tidak ada persiapan khusus, karena sejak awal tidak ada niatan ikut lomba. Jadi, sejak awal menggali potensi yang ada, dimaksimalkan. Sehingga ketika sudah berjalan beberapa tahun, alhamdulillah kegiatannya jalan semua,” imbuhnya.
Mantan Bendahara DPC PDI Perjuangan Ponorogo ini menambahkan, bisa memenangi lomba yakni dinilai dari segala bidang mulai dari pemerintahan, administrasi, kewilayahan, kegiatan gotong royong, swadaya/pemberdayaan masyarakat terkait UMKM, hingga inovasi-inovasi desa.
Poin penting yang menjadi kemenangan salah satunya adalah UMKM di bawah naungan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) yang memproduksi air minum dengan merk “BALI” (Banyu Mili).
“Salah satu poin pendukungnya itu BUMDes, yang memproduksi air mineral, karena belum ada BUMDes yang produksi air di Jatim. Sumber airnya dari Desa Paringan. Karena ada sumber air bagus yang selama ini tidak termanfaatkan, akhirnya saya coba tes di laboratorium berkali-kali biar tahu kualitas airnya. Awalnya saya kurang yakin tapi ternyata bagus, berarti layak dikonsumsi,” ujar kades yang akrab disapa Wendi.
Untuk tenaga produksi, Wendi mempekerjakan beberapa warga setempat. Sementara terkait pemasaran, untuk sementara masih di wilayah Desa Paringan dan Kabupaten Ponorogo saja. Karena menurutnya, masih banyak kendala termasuk belum mendapatkan izin BPOM dari pemerintah.
“Belum bisa produksi full, karena produksi lebih besar butuh berbagai alat. Gliyak-gliyaklah cari solusi. Sudah minta bantuan ke daerah, tapi belum ada kelanjutan,” harap Wendi. (jrs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS