SURABAYA – Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bakal hadir dalam acara bedah buku berjudul Merajut Kemelut: Risma, PDI Perjuangan dan Pilkada Surabaya. Bedah buku karya jurnalis LKBN Antara Abdul Hakim dan Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya Didik Prasetiyono ini akan digelar di kampus Unair Surabaya, Senin (11/4/2016) depan.
Selain Hasto, acara bedah buku yang digelar Departemen Ilmu Politik FISIP Unair Surabaya dan CEPP (Center for Election and Political Party) ini juga akan dihadiri Wali Kota Tri Rismaharini dan pengamat politik Dr Priyatmoko MA.
Menurut Hadto, buku yang banyak dilandasi dari pengalaman para penulisnya berinteraksi dan dekat dengan sumber-sumber penting di lingkaran sejarah politik Surabaya ini, bisa menjadi evaluasi bagi penyelenggaraan pilkada.
“Di antaranya adanya gugatan MK untuk calon tunggal, yang harus diakui dimunculkan dari kemelut pilkada di Surabaya,” kata Hasto.
Dia menilai Risma sebagai salah satu kader terbaik yang dimiliki PDI Perjuangan yang terbukti sukses membangun Kota Surabaya. Sejumlah program pro-rakyat telah dilakukan Risma dengan memuaskan selama menjabat sebagai Wali Kota Surabaya periode pertama 2010-2015, khususnya dalam upaya pencegahan korupsi dalam penyelenggaraan pemerintahan.
“Kebijakan Ibu Risma seperti e-procurement, reformasi birokrasi, penetapan kinerja aparat pemerintah, dan restrukturisasi APBD, merupakan contoh kebijakan anti korupsi,” tambah Hasto.
Dia juga menegaskan bahwa membangun sistem pencegahan korupsi jika dilakukan terus menerus disertai disiplin, dan keteladanan pemimpinnya akan menjadi kultur pemerintahan yang anti korupsi.
“Sistem dan kultur inilah yang menjadi model bagi seluruh kepala daerah PDIP. Karena itulah dalam sekolah calon kepala daerah, Ibu Risma menjadi salah satu pengajar sebagai contoh yang dapat direplikasi daerah lain,” katanya.
Buku bergenre biografi politik setebal 444 halaman yang diterbitkan Pagan Press ini lebih banyak menekankan perjalanan karir politik Risma setahun terakhir menjelang Pilkada Surabaya 2015.
Risma sendiri merupakan kader PDI Perjuangan yang berjuang tidak hanya mencapai kemenangan dalam Pilkada Surabaya 2015, melainkan juga melawan upaya-upaya menggagalkan Pilkada Surabaya.
Penulis Buku Merajut Kemelut, Abdul Hakim mengatakan buku ini adalah suatu ikhtiar sebagai catatan, peristiwa, pernik-pernik pemikiran, dan tentu saja percikan sejarah politik di seputar Pilkada Surabaya. Menyingkap lebih mendalam sejumlah persoalan penyebab ketegangan hubungan Risma dan PDI Perjuangan hingga titik temu di Pilkada Surabaya 2015.
Sedang Didik Prasetiyono mengatakan, ada sepotong kalimat dari mantan Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Sirmadji yang terngiang-ngiang di benaknya. Yakno, “Keretakan yang sempat terjadi, harus dirajut kembali”.
“Tidak berlebihan bila kalimat itu menjadi pemantik untuk memutuskan judul buku ini, sekaligus selaku ikhtiar menganggit pelbagai catatan, peristiwa, pernik-pernik pemikiran, dan tentu saja percikan sejarah politik di seputar Pilkada Surabaya 2015,” kata jubir tim pemenangan Risma-Whisnu, saat Pilkada Surabaya 2015 lalu.
Sementara itu, Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP Unair, Kris Nugroho menyatakan pentingnya evaluasi Pilkada untuk perbaikan pelaksanaan pemilu kedepan yang lebih baik.
“Buku ini kami bedah salah satunya adalah fenomena yang sangat menarik tentang peran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mampu mengelola dengan baik dinamika organisasi di Kota Surabaya yang kemelutnya menjadi perhatian nasional dengan mengoptimalkan peran masing-masing kader,” ucap Kris. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS