Minggu
11 Mei 2025 | 7 : 23

Risma: Penutupan Lokalisasi Turunkan HIV/AIDS

ilustrasi HIV-AIDS

ilustrasi HIV-AIDSSURABAYA – Wali Kota Tri Rismaharini menyatakan, penutupan lokalisasi di Surabaya mampu menekan perkembangan HIV/AIDS. Kata Risma, jumlah pekerja seks komersial (PSK) yang sebagian besar berasal dari luar kota turut menyumbang turunnya angka HIV/AIDS di Surabaya.

“Sekitar 95 persen dari PSK yang ada berasal dari luar Surabaya. Jadi setelah lokalisasi ditutup, jumlah penderita HIV/AIDS langsung turun,” ujar Risma, Jumat (24/4/2015).

Dia menegaskan, kalau teori tentang adanya lokalisasi mampu melokalisir jumlah penderita HIV/AIDS tidak benar. Berdasarkan temuannya, 3 anak yang menderita HIV/AIDS tertular dari orang tuanya yang sering “jajan” di lokalisasi.

“Tiga anak yang kami dampingi, satu di antaranya masih hidup. Mereka menderita HIV/AIDS setelah ibunya tertular dari ayahnya yang sering ke lokalisasi,” terang wali kota yang diusung PDI Perjuangan tersebut.

Sementara itu, terkait dengan dugaan adanya peralihan praktik prostitusi di kafe, karaoke dan panti pijat, mantan Kepala Bappeko Surabaya itu memastikan kalau pihaknya secara rutin melakukan sweeping di ketiga tempat itu.

Pemkot juga melakukan sosialisasi terhadap warga dan sekolah, disamping melakukan penguatan ekonomi keluarga, terutama dari sisi perempuan.

“Yang penting bagi kami adalah mampu mengurangi penyebaran HIV/AIDS lebih dulu,” cetus wali kota perempuan pertama di Surabaya ini.

Di tempat terpisah, Direktur Yayasan Embun, Yorris mengatakan, penutupan lokalisasi tidak bisa menjamin berkurangnya penderita HIV/AIDS di Surabaya, karena tidak bisa menghentikan prostitusi.

Menurut Yorris, pasca penutupan lokalisasi prostitusi di Surabaya masih bisa berkembang, salah satunya dengan menggunakan cara online, seperti via Facebook dan Twitter.

Yorris mengatakan, pemerintah seharusnya tidak melakukan pendekatan secara ekonomi bagi PSK. Dalam penilaian Yorris, ada tiga hambatan bagi perempuan, yakni kebijakan pemerintah yang merugikan perempuan, aturan agama, budaya dan pendidikan.

” Tiga hal inilah yang membuat kaum perempuan selalu ditempatkan di kelas kedua,” ujarnya.

Yorris menegaskan, penutupan lokalisasi adalah hak Pemerintah Kota Surabaya dan itu harus dihormati. Namun, penutupan itu tidak bisa menghentikan prostitusi selama masih ada kebijakan dan cara pandang yang keliru di masyarakat.

Sekadar informasi, di Surabaya ada 6 lokalisasi “resmi”, yakni lokalisasi Dolly, Jarak, Tambak Asri (Kremil), Moroseneng, Klakahrejo dan Bangunrejo. Semuanya sudah ditutup oleh Pemkot Surabaya. (rad)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

LEGISLATIF

Joko Tri Asmoro Tekankan Pelibatan Anak Muda dalam Kepengurusan Koperasi Merah Putih

TULUNGAGUNG – Anggota Komisi B DPRD Kabupaten Tulungagung, Joko Tri Asmoro, menekankan pentingnya pelibatan anak ...
LEGISLATIF

Sadarestuwati Ajak Masyarakat Jombang Tanamkan Nilai Kebangsaan di Era Digital

JOMBANG – Di tengah derasnya arus globalisasi, anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sadarestuwati, menekankan ...
SEMENTARA ITU...

Bupati Lumajang dan Wakil Hadiri Peluncuran Film Dendam Mustika Badar Besi Semeru

LUMAJANG – Bupati Lumajang Indah Amperawati (Bunda Indah) bersama Wakil Bupati Yudha Adji Kusuma (Mas Yudha) ...
LEGISLATIF

Puan: PUIC Panggung Strategis Hidupkan Kembali Semangat Bandung

JAKARTA – DPR RI akan menjadi tuan rumah Konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) atau ...
UMKM

Pentingnya Persus Koperasi Simpan Pinjam untuk Mencegah Gagal Bayar

MAGETAN – Wakil Ketua DPRD Magetan, Suyatno menghadiri sosialisasi Peraturan Khusus (Persus) yang diselenggarakan ...
SEMENTARA ITU...

Mas Dhito Lanjutkan Pembangunan Jalan Menuju Kawah Kelud Kediri

KEDIRI – Pemerintah Kabupaten Kediri tahun ini melanjutkan pekerjaan pembangunan jalan menuju kawah Gunung Kelud. ...