SURABAYA – Calon Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, usaha mikro kecil menengah (UMKM) tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Sebab, dengan bimbingan dan binaan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, sudah banyak pelaku UMKM yang beromzet jutaan rupiah setiap hari.
Tidak sekadar klaim, cerita keberhasilan sejumlah pelaku UMKM diungkapkan Risma saat menjadi pembicara di stadium general bertema ‘Penguatan Ekonomi Metropolis’di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Selasa (27/10/2015). Keberhasilan UMKM itu diraih saat dirinya menjabat Wali Kota Surabaya
Salah satu UMKM binaan pemkot, sebut Risma, yakni seorang penjual semanggi bernama Hamidah. Didukung pemasaran secara online, ungkap Risma, Ibu Hamidah bisa meraup keuntungan hingga Rp 5 juta setiap harinya.
Juga seorang ibu rumah tangga tinggal di Kampung Kue kawasan Rungkut yang terkena pemberhentian hubungan kerja (PHK) beberapa tahun silam, saat ini bisa mandiri dan berhasil menciptakan lapangan pekerjaan baru.
“Salah satu ibu yang terkena PHK kita ajari membuat kue, dan omzet per harinya saat ini Rp 20-30 juta. Sekarang ibu ini bisa mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu di kampungnya,” papar Risma.
Pemberdayaan UMKM inilah, menurut Risma, yang akan terus dilakukan pemkot, karena terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan warga. Pemkot Surabaya, jelasnya, terus memberdayakan pelaku usaha mandiri hingga mampu memperoleh penghasilan dan beromzet jutaan rupiah.
“Jadi sekarang ini kalau berbisnis jangan malu-malu. Karena seperti Ibu Hamidah yang jual semanggi, saya rasa cerdas karena juga menggunakan sistem online,” ujarnya
Satu lagi, soal keberhasilan pemerintah kota mendorong sektor informal lainnya, seperti yang ada di daerah pesisir Pantai Kenjeran. Menurut Risma, dulunya nelayan di pesisir itu menganggap remeh tripang, sehingga banyak yang dibuang.
“Jadi tripang itu sama nelayan dulu dibuang. Setelah kita teliti ternyata kandungannya luar biasa. Nah disitu kita fasilitasi,” jelas perempuan yang dinobatkan wali kota terbaik ke tiga dunia ini.
Menrutnya, sering kali orang merasa bahwa bangsa Indonesia, khususnya di Kota Surabaya bukan bangsa pebisnis. “Semisal para Investor bisa masuk ke Surabaya, banyak yang mengira ekonomi itu untuk etnis ini, sedangkan kita hanya pegawai. Saya selalu megang sabda rosul, bahwa Allah tidak akan mengubah nasib umatnya kalau umat itu tidak berusaha mengubah nasibnya,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, perempuan kelahiran Kediri ini mengungkapkan kondisinya selama menjadi Wali Kota Surabaya. “Saya tidak pernah menggantungkan hidup saya ke orang lain. Saya hanya menggantungkan pada Allah, itu sudah cukup,” yakinnya.
Risma juga merasa bangga menjadi bagian dari warga Kota Surabaya. Sebab, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini mengungkapkan, mengapa banyak investor asing tertarik masuk ke Kota Pahlawan.
“Kota Surabaya penduduknya kalau malam 3 juta lebih, kalau siang 5 juta lebih. Nah, dengan begitu investor tertarik karena memang jumlah penduduknya besar,” terang Risma, disambut tepuk tangan ratusan mahasiswa.
Selain menjadi pembicara di stadium general bertema ‘Penguatan Ekonomi Metropolis’, Risma juga mejadi juri bazaar yang diikuti puluhan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sementara itu, Ketua Panitia Syar’ie Lifstyle dan stadium general, Muhammad Shodiq mengatakan, alasannya mengundang Tri Rismaharini sebagai pembicara sangatlah tepat. Sebab, ekonomi Surabaya, saat masa kepemimpinan Risma terus meningkat.
“Sehingga yang berhak menjadi pembicara yang kompeten ya beliau (Tri Rismaharini). Karena kita ngomong bukan hanya ekonomi kerakyatan tapi ekonomi metropolis,” terang Shodiq. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS