SEJUMLAH pesawat Thunderbolt milik tentara sekutu menderu-deru di langit Surabaya, 10 November 1945 jam 06.00. Menjatuhkan bom-bom sekira 500 pounds.
Di darat, satu eskadron tank Stuart dan 21 tank Sherman menguasai jalanan. Diiringi infanteri dengan persenjataan senapan mesin, mortir dan Bren Carrier. Artileri tentara Sekutu juga dilengkapi meriam 25 pound dan Howitser 3,7.
Dari laut, kapal Cruiser Sussex dan 4 Destroyer menghujani Surabaya dengan tembakan.
Surabaya membara hari itu. Jenazah manusia, kuda, kucing, dan anjing tergeletak di selokan. Pecahan kaca, perabotan, kawat telepon yang berseliweran memenuhi jalan hingga gelap gulita. Kantor-kantor ruangan kosong karena pertempuran.
Serangan besar-besaran tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) bersama pasukan sekutu Allied Force for Netherlands East Indies (AFNEI) bermula saat kedatangan mereka pada 25 Oktober 1945. Mereka mendirikan pos-pos pertahanan.
Rakyat Surabaya tidak terima. Tentara rakyat dan relawan pejuang menyerang pos-pos pertahanan NICA. Pertempuran terjadi beberapa hari berikutnya. Hingga pada 31 Oktober 1945, pimpinan sekutu, Brigadir Jenderal AWS Mallaby tewas dalam pertempuran.
Sekutu memberikan ultimatum agar tentara rakyat menyerahkan senjata, selambat-lambatnya 10 November 1945. Alih-alih menyerah, para pejuang pun melawan.
Sejarah mencatat peperangan ini menelan korban jiwa hingga 16 ribu warga Indonesia, dan 2 ribu pasukan sekutu yang diantaranya 2 Jenderal Inggris, Mallaby dan Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds serta 414 perwiranya dan 1.600 prajurit.
Catatan sejarah Inggris mengungkapkan, Battle of Soerabaja merupakan pengalaman tempur terberat setelah World War II. Melansir dari Jurnal Inovasi Penelitian Vol. 2 No. 7 (Desember 2021). New York Times edisi 15 November 1945, serdadu Inggris bahkan menjuluki pertempuran ini dengan Inferno, atau neraka di timur Jawa.
Hari Pahlawan
Pertempuran Surabaya menjadi simbol bagaimana bangsa ini mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tahun 1951, Presiden Sukarno menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
Pertempuran 10 November rangkaian dari pertempuran-pertempuaran di Surabaya pasca kemerdekaan.
Dimana sejak September, 1945, NICA kembali melakukan agresi militer. Hal itu disambut perlawanan sengit dari arek-arek Suroboyo dengan berbagai peristiwa heroik.
Seperti perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato pada 19 September 1945. Juga terbitnya resolusi jihad oleh kiai-kiai NU pada 22 Oktober 1945.
Resolusi Jihad menyerukan para umat Islam di Jawa dan Madura untuk turut bertempur mempertahankan Negara Republik Indonesia sebagai bagian dari keimanan Islam. (mtd/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS