BATU – Pemkot Batu membangun kandang komunal khusus kelinci di belakang Balai Kota Among Tani. Kandang tersebut sekaligus sebagai laboratorium kelinci.
Wali Kota Batu Eddy Rumpoko mengatakan laboratorium ini bisa dimanfaatkan peternak kelinci dari dalam ataupun luar Kota Batu untuk melakukan penelitian sekaligus tempat belajar.
“Pemkot Batu sudah berkomitmen membantu kesejahteraan petani dan peternak kelinci. Salah satunya dengan mendirikan kandang komunal kelinci. Setelah ini, menyusul kandang domba bahkan bila diperlukan kandang gajah,” ungkap Eddy Rumpoko, kemarin.
Sebagian besar peternakan kelinci di Batu, sebut ER, sapaan akrab Eddy Rumpoko, terdapat di Desa Bulukerto, Bumiaji, Sidomulyo, Punten, termasuk Desa Oro Oro Ombo serta Desa Tlekung.
Selama ini, peternak kelinci lebih banyak menjualnya dalam bentuk peranakan. Ke depan, Pemkot Batu mendorong peternak untuk menjual dagingnya.
“Ini dilakukan agar penghasilan peternak lebih baik. Silakan peternak kelinci belajar dari kandang komunal yang kami dirikan,” ujar wali kota yang kader PDI Perjuangan ini.
Pembangunan kandang komunal ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Eddy Rumpoko, Rabu (25/1/2017).
Acara itu dihadiri masyarakat yang tertarik dengan organic, Masyarakat Peternak Kelinci Indonesia (Makindo) se Jawa Timur, Dirjen Menteri Pertanian, Dirjen Menteri Pariwisata, Dirjen Menteri UMKM, Dirjen Menteri Peternakan dan anggota Komisi IV dari Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Mindo Sianipar.
Ketua Paguyuban Makindo Muhammad Sobri menjelaskan, ada tiga hal yang dikembangkan dalam kandang komunal kelinci di belakang Balai Kota Among Tani. Pertama pertanian terintegrasi zero limbah. Dalam hal ini peternak kelinci akan diajarkan memuat pakan ternak khusus kelinci.
“Kami sebut zero limbah karena seluruh kotoran kelinci akan dimasukkan dalam satu bak penampung sehingga di sekitar kandang sehingga tidak menimbulkan bau,” ucapnya.
Kedua, berupa pengembangan bio reaktor. Limbah cair dari kelinci diurai dengan teknologi bio reaktor. Hasilnya, bisa untuk memupuk tanaman sayur-mayur.
“Sudah kami lakukan penelitian. Dengan teknologi ini, pertumbuhan kangkung mencapai 5- 10 cm per harinya,” sebut Sobri.
Ketiga, dikembangkan pupuk padat dengan memanfaatkan sisa makanan kelinci. Pupuk padat dari kandang komunal kelinci untuk memupuk padi dan tanaman holtikultura lainnya.
“Untuk saat ini populasi kelinci di Malang Raya mencapai 100.000 ekor per tahun. Terbanyak diproduksi Kota Batu,” ucap Sobri. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS