TULUNGAGUNG – Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Tulungagung, Dio Jordy Alvian, menginisiasi peraturan daerah (perda) tentang kesehatan mental.
Ia juga mendorong layanan cek kesehatan mental gratis yang bisa diakses oleh masyarakat Kabupaten Tulungagung, khususnya generasi muda atau gen Z.
“Kasus gangguan kesehatan mental di Tulungagung naik sekira 20 persen dalam rentang waktu 2024 hingga 2025,” ujar Dio, pada Kamis (30/10/2025).
Ketua DPC Repdem Tulungagung ini menambahkan, isu kesehatan mental harus menjadi perhatian bersama, khususnya Pemkab Tulungagung.
“Pada Selasa, 28 Agustus 2025 kemarin telah dilaksanakan deklarasi Tulungagung Sehat Mental di auditorium Prajnaparamita Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah (UIN Satu),” ucapnya.
Menurutnya, penanganan kasus kesehatan mental di Kabupaten Tulungagung saat ini belum maksimal. Hal itu diukur dari jumlah kasus gangguan mental yang terus bertambah. Sepanjang 2024 hingga 2025, kasus kesehatan mental paling banyak dialami oleh gen Z dengan rentang usia 1 hingga 20 tahun.
Kasus gangguan mental bagi gen Z bisa berdampak pada sektor ekonomi karena roda perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis pemudanya.
“Secara ekonomi pastinya gangguan mental pada gen Z berdampak, bahkan pada indeks pembangunan,” terangnya.
Faktor yang mempengaruhi kasus kesehatan mental pada gen Z, salah satunya, kondisi orang tua yang menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Gen Z yang ditinggal orang tua tumbuh kembangnya kurang mendapat pemantauan dan pengawasan, bahkan kurang mendapat kasih sayang.
“Kondisi orang tua yang menjadi PMI berpengaruh pada sisi psikologis anak karena tidak diasuh secara langsung oleh orang tua,” ungkapnya.
Faktor lainnya yang mempengaruhi kesehatan mental anak adalah penggunaan sosial media tanpa pengawasan. Dalam kasus lebih berat lagi banyak anak-anak di Kabupaten Tulungagung yang bermain judi online (judol) hingga mengalami skizofrenia.
Berdasarkan data Dinkes Tulungagung, jumlah gen Z yang teridentifikasi penyakit mental jenis skizofrenia mencapai 1.128 orang sepanjang 2025.
“Secara detail datanya belum ada update, nanti bisa dicek ulang di Dinkes,” tegasnya. (sin/set)
 
                         
         
         
         
             
             
             
             
             
                     
                     
                    