TRENGGALEK – DPC PDI Perjuangan Trenggalek menginisiasi pembuatan demplot pertanian melon premium untuk dikembangkan sebagai salah satu produk pertanian unggulan kabupaten tersebut.
Ketua DPC PDI Perjuangan Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengatakan, demplot pertama yang dikembangkan kader banteng setempat, Totok Siswantoro, di Desa Pucanganak, Kecamatan Tugu, sukses menembus pasar supermarket dan sudah beberapa kali panen.
“Kami ingin potensi baik ini bisa ditularkan kepada kader-kader kami yang lain, juga petani di Trenggalek secara luas,” kata Arifin kepada media di Trenggalek, Sabtu (21/1/2023).
Tak hanya di Pucanganak, demplot-demplot pertanian melon premiun sejenis rencananya juga akan dibangun di sejumlah areal pertanian di Trenggalek. Terutama di sekitar kantor DPC PDIP Trenggalek.
Menurutnya, pemberdayaan ekonomi semacam ini efektif dalam upaya penguatan ekonomi kerakyatan. Tidak hanya di lingkup kader banteng, namun juga masyarakat petani di Bumi Menak Sopal, sebutan Kabupaten Trenggalek.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, sebutnya, telah menyampaikan, kader Partai harus menggali potensi ekonomi kerakyatan yang berbasis ramah terhadap lingkungan, tetapi bernilai ekonomis tinggi.
“Nah sekarang kita mendatangi salah satu usaha yang sukses ini, bertanam melon dan melonnya langsung disuplai ke supermarket dengan harga yang cukup baik,” ujar politisi yang juga Bupati Trenggalek tersebut.
Salah satu metode yang akan diadopsi dari model pertanian melon premium Totok, adalah sistem pertanian green house atau menggunakan penutup. Hal itu diharapkan agar tingkat keberhasilannya lebih maksimal dan dapat meminimalkan risiko serangan hama.
“Rencananya nanti teman-teman ini akan diajari untuk mengembangkan demplot di sekitar kantor DPC. Nanti kalau mereka sudah bisa harapannya bisa mendampingi masyarakat, petani lain. Kebetulan kita juga punya pemberdayaan dari pemerintah nanti untuk menyasar rumah tangga yang miskin ekstrem,” bebernya.
Salah satu melon yang dikembangkan oleh Totok adalah varietas “honey emerald”. Melon tersebut saat ini banyak digandrungi masyarakat di kelas premium.
Terpisah, Totok Siswantoro kepada wartawan mengatakan, budidaya melon premium telah dia geluti bersama kelompoknya sejak tiga tahun terakhir. Menurutnya, potensi melon premium masih cukup terbuka lebar, karena pasokan dari hilir masih terbatas.

Untuk budidaya melon premium ini pihaknya menerapkan dua sistem, menggunakan “green house” serta di alam terbuka.
Kedua sistem itu memiliki keunggulan masing-masing. “Kalau sistem perawatan hampir sama dengan melon biasa, yang membedakan harga bibit dan harga jualnya,” jelasnya.
Saat ini harga jual melon premium tiga kali lipat dibandingkan dengan melon lokal. Satu kilogram melon premium dijual dari petani Rp17 ribu/kilogram.
Sedangkan melon lokal hanya Rp5 ribu/kilogram. “Kalau harga jual di supermarket ya lebih dari Rp50 ribu,” ungkap Totok.
Dia menilai sistem budidaya dengan memanfaatkan green house lebih efektif ketimbang di alam terbuka, karena tingkat keberhasilannya bisa maksimal dan minim serangan hama. (red/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS