SUMENEP – Pemerhati seni, Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, turut meramaikan Pagelaran Parade Musik Keroncong di halaman Hotel El-malik Kabupaten Sumenep, pada Sabtu (13/10/2024) malam.
Menurut Fauzi, musik keroncong secara alunan lagu memiliki ciri khas yang berbeda dari musik-musik lain. Musik keroncong merupakan kombinasi musik dari Timur dan Barat.
“Ya, mungkin jika didengarkan sepertinya mudah, tapi ketukan-ketukannya itu yang susah. Cara menyanyikannya juga harus profesional, karena jika tidak profesional akan keseleo,” ujar Fauzi.
“Beda dengan pop, dangdut dan rock, jika keseleo masih bisa diperbaiki dan ditutupi,” lanjutnya.
Fauzi juga menjelaskan, yang paling berat dari musik keroncong adalah cara mengatur nafasnya saat bernyanyi dan tidak semua orang bisa menyanyikan musik keroncong.
Ia pun mengapresiasi Paguyuban Musik Keroncong Indonesia (Pamori) Sumenep yang telah menjaga musik keroncong di Kota Keris, yang sudah mulai terkikis.
“Dengan keberadaan mereka (Pamori, red) bisa mewariskan seni musik keroncong ini kepada generasi penerus, khususnya di Kabupaten Sumenep,” tuturnya.
“Kalau dulu, musik keroncong itu ditampilkan orang tua, tapi sekarang generasi Z juga mulai mempelajari dan menampilkan musik keroncong ini, seperti yang tampil tadi siang misalnya,” imbuhnya.
Politisi PDI Perjuangan itu berkomitmen untuk mendorong pelestarian musik keroncong dan memberikan ruang apresiasi yang representatif.
“Ruang itu harus diberikan. Pemkab Sumenep sebagai fasilitator harus memberikan ruang itu, misalnya dimasukkan ke kalender event. Sehingga, yang tidak suka menjadi suka dan yang tidak tahu menjadi tahu,” terangnya. (hzm/ set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS