TEROBOSAN Pemkab Ngawi untuk menuntaskan gizi buruk tak tanggung-tanggung. Selain menerbitkan peraturan bupati sebagai payung hukum, stake holder di bawah pemkab juga diajak untuk terlibat langsung mengatasi masalah.
Stake holder didorong untuk menjadi orang tua asuh bagi anak-anak kurang gizi. Kepala daerah memantau langsung pelaksanaannya.
Pemkab mendorong kepala SKPD dan dokter di Ngawi untuk menjadi orang tua asuh minimal untuk dua orang balita. Kades dan bidan juga diberi stimulus untuk ikut berperan memonitor tumbuh kembang anak secara berkala. Di setiap desa wajib didirikan pos gizi.
“Menjadi orang tua asuh hubungannya dengan dukungan moral secara individu. Karena tumbuh kembang anak perlu dipantau secara terus menerus. Untuk kebutuhan materiilnya sudah dipenuhi oleh pemkab,” terang Bupati Ngawi Budi Sulistyono, pekan lalu.
Setahun pasca diluncurkannya program Restu Ibu (gerakan tuntas pelayanan gizi buruk), jumlah anak gizi buruk mengalami penurunan signifikan. Di daerah yang dipimpin bupati yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Budi Sulistyono ini sebelum diluncurkannya program restu ibu pada 3 Maret 2013, tercatat 420 balita berstatus gizi kurang. Dari jumlah itu, 68 di antaranya mengalami gizi buruk. Usai program Restu ibu diluncurkan, tersisa 136 pasien gizi kurang dengan 18 orang berstatus gizi buruk karena terdapat penyakit penyerta yang membutuhkan penanganan khusus.
Kanang, panggilan akrab Budi Sulistyono, mengatakan, untuk kategori gizi buruk dengan penyakit penyerta ini harus menjalani proses pemulihan yang tidak mudah. Dokter harus fokus pada dua hal, memperbaiki gizinya dan mengatasi penyakitnya.
Pemkab Ngawi menjamin dengan peraturan bupati bahwa pasien gizi buruk harus dilakukan pemulihan di RSUD dr Soeroto. Pasien juga mendapat paket pemulihan gizi, pendampingan, dan pemulihannya diketuai doker anak. “Dan semua biayanya gratis, pemkab yang menanggung. Keluarga yang menunggu juga mendapat konsumsi selama perbaikan gizi dilakukan,” urai dia.
Untuk keluarga tidak mampu, kata Kanang, pemkab memberikan bantuan delapan ekor ayam dengan 7 betina dan 1 jantan. “Asumsinya, jika ayam itu bertelur bisa menjadi sumber protein bagi balita dengan status gizi kurang itu,” jelas dia.
Dengan program Restu Ibu diharapkan penuntasan gizi buruk di Ngawi bisa tercapai hingga ke titik nol. “Saya optimis 2015 persoalan gizi buruk di Ngawi akan tuntas,” tegas Kanang. (sa)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS