Kamis
29 Mei 2025 | 12 : 24

Musik Tongling dan Para Ksatria Perambah Belantara Gunung Lawu

pdip-jatim-magetan-diana-sasa-290421.b

MAGETAN – Tongling, akronim dari alat musik kentongan dan seruling.  Dalam hikayatnya, tongling dimainkan para ksatria untuk me-ninabobo-kan makhluk halus yang mengganggu mereka saat membabat hutan belantara untuk pemukiman yang kini dikenal dengan nama: Dusun Wonomulyo.

Dusun ini bagian dari Desa Genilangit Kecamatan Poncol. Berada di kaki Gunung Lawu, Wonomulyo kerap berselimut kabut.

Tongling, kedua alat musik ini terbuat dari bambu. Di daerah ini bambu memang tumbuh subur dan beranak pinak dalam rumpun. Sehingga untuk mendapatkan bahan tongling bisa didapat dengan mudah.

Kesenian musik Tongling di tempat ini, saat sekarang dibina oleh Diana Amaliya Verawatiningsih atau akrab disapa Diana Sasa, anggota DPRD Jatim dari Fraksi PDI Perjuangan. Hal itu seperti diakui oleh salah seorang pengurus kelompok musik Tongling Pringgowulung, Winarto.

Sebagai sebuah seni musik, tidak diketahui secara pasti sejak kapan kesenian musik tongling dimainkan. Hanya saja, menurut Winarto, pada 21 Januari 1992 ada 4 warga yang mendirikan kelompok musik. Mereka: Jono (almarhum), Sastro Sarengat, Supono dan Darsono. Kelompok musik itu yang kemudian menggunakan peralatan tongling sekaligus menjadikannya nama kelompok, yakni Tongling Pringgowulung.

Lanjut Winarto, ketika itu, salah seorang pendiri kelompok yakni Jono almarhum, terinspirasi dari sejarah babat Dusun Wonomulyo. Dimana tongling digunakan saat proses babat dusun.

Babat dusun dimulai saat ksatria dari Keraton Mataram Ki Hajar Wonokoso (leluhur dusun) bersama 7 pengikutnya datang ke hutan belantara di kaki gunung Lawu. Mereka bermaksud membabat hutan untuk pemukiman. Tetapi babat hutan bukan hal yang mudah.

“Sebelum menjadi pemukiman, Dusun Wonomulyo adalah hutan belantara. Hutan rimba yang dihuni banyak jin dan lelembut (makhluk halus),” ungkap Winarto Rabu (28/04/2021).

Namun, Ki Hajar Wonokoso tak gentar menghadapi semua halangan. Dikisahkan jika ia memiliki senjata berupa seruling sakti. Begitu seruling dimainkan sembari ngidung (berdendang), para mahkluk halus tersebut merasa nyaman dan tenang seperti di-ninabobo-kan.

Sementara kentongan, ditabuh Ki Hajar Wonokoso untuk mengumpulkan para pengikutnya dalam proses babat Dusun Wonomulyo tersebut.

Atas dasar cerita itu, Jono almarhum dan seniman lokal mengabadikan sejarah babat Dusun Wonomulyo dengan mengekspresikannya dalam bentuk kesenian musik tongling. Kini, musik tongling kerap ditampikan pada even di tingkat lokal bahkan nasional. (rud/hs)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

LEGISLATIF

Dewan di Daerah Berharap Putusan MK Gratiskan Pendidikan SD-SMP Tak Cuma Jadi Bahan Omon-omon

KABUPATEN PROBOLINGGO — Putusan Mahkamah Konstitusi menggratiskan biaya pendidikan dasar, SD dan SMP, negeri maupun ...
KRONIK

Agung Apresiasi Atlet Cilik Catur Ponorogo Lolos Kejurnas 2025, Komitmen Asah Mental Tanding

PONOROGO – Ketua Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Ponorogo, H. Agung Priyanto, mengapresiasi atlet catur ...
SEMENTARA ITU...

Tahun Ajaran Baru, Sekolah Gratis Inisiasi Bupati Kediri Cari 100 Calon Siswa Terbaik

KEDIRI – Seleksi penerimaan murid baru SMA Dharma Wanita 1 Pare Boarding School memasuki tahapan bootcamp. Dari 186 ...
EKSEKUTIF

Bupati Rijanto Lepas 261 Petugas Pemeriksa Kesehatan dan Pemantau Pemotongan Hewan Kurban

BLITAR – Menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriyah yang jatuh pada 6 Juni 2025 depan, Bupati Blitar Rijanto ...
KRONIK

Atasi Persoalan Banjir, Bupati Fauzi Minta Brida Lakukan Penelitian Komprehensif

SUMENEP – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep mengambil langkah serius untuk menangani persoalan banjir. Pemkab ...
LEGISLATIF

Fraksi PDI Perjuangan Setujui Raperda Pertanggungjawaban APBD 2024 Kota Madiun, Ini Catatan Kritisnya

MADIUN — Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Madiun menyatakan menerima dan menyetujui Rancangan Peraturan Daerah ...