Senin
25 November 2024 | 6 : 48

Melirik Kedekatan Muhammadiyah dan PDI Perjuangan

PDIP-Jatim-Muhammad-Ardi-26112023

MUHAMMADIYAH baru saja merayakan Milad yang ke-111. Dalam perjalanannya, Muhammadiyah menjadi ormas yang berhasil melahirkan kader-kader terbaik, yang memberikan kontribusi nyata bagi negara. Sebagai organisasi tertua di Indonesia, Muhammadiyah juga terus mengalami pergolakan dengan negara, bahkan tokoh-tokohnya pernah dipenjara akibat melawan pemerintah pada zaman Orde Lama.

Namun, hal itu tidak membuat Muhammadiyah kapok untuk terus melakukan dakwah. Dalam politik praktis, Muhammadiyah menjadi organisasi yang selalu diperhitungkan oleh partai politik dalam mendulang suara. Tidak heran jika banyak parpol yang mengklaim dekat dan memiliki ideologi yang sama dengan Muhammadiyah.

Lantas, partai apa yang saja yang dianggap dekat dan memiliki ideologi yang sama dengan Muhammadiyah? Menurut hemat penulis, ada tiga partai yang dekat dan memiliki kesamaan dengan Muhammadiyah. Pertama, Partai Amanat Nasional (PAN); Kedua, Partai UMMAT; Ketiga, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan).

PAN dan Partai UMMAT dianggap dekat dengan Muhammadiyah karena Amin Rais atau sering disapa AR merupakan salah satu tokoh sentral Muhammadiyah yang diikuti oleh sebagian warga Muhammadiyah.  Namun, klaim kedekatan itu masih banyak pertentangan dari warga Muhammadiyah. Hal itu terbukti dengan banyaknya kader Muhammadiyah memilih partai lain untuk terjun di dunia politik.

Dalam dunia politik praktis, Muhammadiyah memilih istilah politik inklusif sebagai gerakan politiknya. Muhammadiyah secara keorganisasian tidak pernah menyatakan dukungannya kepada partai tertentu dan memberikan kebebasan kepada warganya untuk memilih partai dan pemimpin yang sesuai hati nurani mereka.

Menjelang Pemilu 2024, tentu banyak partai dan calon yang mengklaim dekat dengan Muhammadiyah. Seperti yang telah disampaikan di atas, klaim-klaim tersebut tidak dibenarkan oleh Muhammadiyah dan para pimpinan Muhammadiyah. Bahkan untuk memperkuat konsistensi, Muhammadiyah sebagai organisasi yang tidak terlibat dalam politik praktis, melalui Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengadakan dialog publik bagi tiga pasangan Capres dan Cawapres yang berlaga di 2024.

Lantas seperti apa kedekatan Muhammadiyah dengan PDI Perjuangan? Jika berbicara Muhammadiyah dan PDI Perjuangan, nama yang pertama kali muncul yang menggambarkan kedua organisasi tersebut ialah Soekarno. Tokoh yang dikenal sebagai bapak proklamator tersebut menjadi tokoh yang mendekatkan Muhammadiyah dan PDI Perjuangan. Tidak heran, jika agenda yang diadakan oleh PDI Perjuangan selalu mengundang Muhammadiyah atau sebaliknya.

Awal mula kedekatan Muhammadiyah dan Soekarno terjadi saat Kyai Dahlan berkunjung ke rumah Hos Cokroaminoto. Soekarno yang memiliki pemikiran yang visioner terhadap dunia pendidikan dan sosial melihat kesamaan dengan gagasan Kyai Dahlan. Bagi Soekarno, Kyai Dahlan merupakan sosok yang memiliki pemikiran yang visioner yang membawa nilai Islam yang lebih maju dalam segi pendidikan.

Bahkan cerita tersebut juga disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, pada acara pembukaan Muktamar ke-18 Pemuda Muhammadiyah di Balikpapan. Pada acara yang dihadiri oleh Megawati Soekarnoputri tersebut, Haedar Nashir menceritakan bahwa ayah dan ibu dari Megawati, yaitu Soekarno dan Fatmawati, merupakan tokoh Muhammadiyah.

Menurut Haedar, pada tahun 1938-1942, Soekarno tercatat sebagai pimpinan Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah Bengkulu. Bahkan Soekarno pernah menyampaikan bahwa makin lama makin cinta sama Muhammadiyah. Soekarno juga menyesal ketika menjadi presiden, Soekarno tidak pernah ditarik iuran. Haedar juga menyampaikan, Soekarno masuk Muhammadiyah karena sesuai dengan alam pikirannya yaitu Islam progresif, Islam berkemajuan.

Sementara Fatmawati merupakan tokoh aktivis Nasyiatul Aisyiyah sejak di Bengkulu. Soekarno pernah menyampaikan kepada pimpinan Aisyiyah tahun 1964 untuk aktif kembali ke Aisyiyah. Konon, ketika menjahit bendera merah putih untuk proklamasi kemerdekaan, Fatmawati menyanyikan lagu Nasyiahku.

Kedekatan itu terus berlanjut hingga saat ini. Hal itu terlihat dari keterlibatan tokoh Muhammadiyah di era kepresidenan yang pernah di pimpinan oleh Soekarno dan kader PDI Perjuangan. Pada era Soekarno, kader Muhammadiyah yang pernah menjabat sebagai anggota kabinet, yakni Moeljadi Djojomartono sebagai Menteri Sosial dan Syamsuddin Sutan Makmur Harahap sebagai Menteri Sosial dan Menteri Penerangan.

Pada kabinet Megawati, Malik Fajar merupakan tokoh Muhammadiyah yang dipercaya sebagai Menteri Pendidikan, sementara di era kabinet Jokowi, Muhadjir Effendy dipercaya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di periode pertama dan sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Kemanusian dan Kebudayaan Indonesia pada periode kedua.

Selain kedekatan personal antara Soekarno dan Fatmawati, PDI Perjuangan yang menganut paham Soekarno tentu memiliki kesamaan ideologi, yaitu nasionalisme, di mana Muhammadiyah juga memiliki hal yang sama. Menurut penulis, kedekatan Muhammadiyah dengan PDI Perjuangan bisa dilihat pada sikap pembelaan.

Bagi Muhammadiyah, membela kaum mustad’afin merupakan hal utama. Kaum mustad’afin sendiri bisa dimaknai sebagai orang yang lemah dan dilemahkan. Lemah secara ekonomi dan dilemahkan oleh system. Bagi PDI Perjuangan konsep tersebut dikenal sebagai wong cilik atau orang kecil. Di mana orang kecil dapat dimaknai sebagai orang-orang yang harus diperjuangkan, khususnya dalam segi ekonomi.

Sampai hari ini, warga Muhammadiyah tidak anti-PDI Perjuangan. Berbagai isu miring yang menyerang PDI Perjuangan tidak mempengaruhi sikap dan pilihan warga Muhammadiyah kepada PDI Perjuangan. Hal itu terbukti dengan banyaknya warga Muhammadiyah yang memilih PDI Perjuangan. Bahkan PDI Perjuangan menjadi partai paling banyak dipilih oleh warga Muhammadiyah.

Berdasarkan hasil survey LSI Denny JA, 20,9 persen warga Muhammadiya memilih PDI Perjuangan, disusul oleh PAN 17,5 persen dan PKS 10 persen. Karena itu, kedekatan Muhammadiyah dan PDI Perjuangan tidak bisa diragukan lagi. Walaupun masih ada warga Muhammadiyah yang tidak suka dengan PDI Perjuangan, sejarah dan hasil survey di atas menunjukkan bahwa Muhammadiyah dan PDI Perjuangan tidak bisa dipisahkan, tidak bisa dipecah-belah dengan isu-isu tertentu. (*)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

EKSEKUTIF

Kembali Jabat Bupati Ponorogo, Sugiri Apresiasi Kinerja Joko Irianto Selama 2 Bulan

PONOROGO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menggelar serah terima jabatan (sertijab) dari Penjabat sementara ...
EKSEKUTIF

Usai Cuti Kampanye, Ikfina Kembali ke Pringgitan

MOJOKERTO – Ikfına Fahmawati resmi kembali ke pringgitan untuk melanjutkan tugas sebagai Bupati Mojokerto, Sabtu ...
EKSEKUTIF

Kembali Jabat Bupati Jember, Hendy Sampaikan 3 Poin Penting

JEMBER – Hendy Siswanto kembali menjabat sebagai Bupati Jember usai penjabat sementara (Pjs) Imam Hidayat habis ...
EKSEKUTIF

Mas Dhito Kembali Jabat Bupati Kediri

KEDIRI – Hanindhito Himawan Pramana dan Dewi Mariya Ulfa, kini kembali menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati ...
LEGISLATIF

AKD Sudah Terbentuk, DPRD Kabupaten Blitar Fokus Bahas Raperda APBD 2025

BLITAR – Ketua DPRD Kabupaten Blitar, Supriadi, mengatakan, pihaknya kini fokus pada pembahasan Rancangan Peraturan ...
LEGISLATIF

Sidak Logistik Pilkada Kota Mojokerto, Ery Purwanti: Persiapannya Sudah Sangat Maksimal

MOJOKERTO – Ketua DPRD Kota Mojokerto Ery Purwanti melakukan inspeksi mendadak (sidak) di gudang logistik Komisi ...