“Dengan literasi, kita bangun masyarakat yang merdeka, berani berpendapat, dan mampu membangun peradaban”
–Puti Guntur Soekarno
SURABAYA — Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia, bersama Komisi X DPR RI menggelar Seminar Diseminasi Bahan Penguatan Program Literasi Kebahasaan dan Kesastraan Tahun 2025.
Seminar berlangsung di Surabaya, Sabtu (27/9/2025) ini untuk memperkuat upaya peningkatan literasi, khususnya dalam aspek kebahasaan dan kesastraan, sebagai bagian dari pembangunan karakter bangsa.
Anggota Komisi X DPR RI, Puti Guntur Soekarno, dalam sambutannya melalui saluran zoom meeting menyampaikan bahwa literasi di Indonesia masih menghadapi tantangan serius. Dia menyoroti rendahnya budaya membaca dan rendahnya posisi Indonesia dalam indeks literasi global.
“Kita menyadari bahwa musuh kita bukan lagi penjajahan fisik, tapi kebodohan, disinformasi, dan mentalitas yang tidak terliterasi,” ungkapnya.

Ketua Bidang Pendidikan DPP PDI Perjuangan yang kerap disapa Mbak Puti ini menyebut, data Unesco tahun 2021 menunjukkan tingkat literasi Indonesia berada di 100 dari 208 negara, dengan hanya satu dari seribu orang yang rajin membaca. Namun dia juga menekankan bahwa kondisi tersebut tidak boleh membuat bangsa ini berputus asa.
“Tahun ini, indeks pembangunan masyarakat Indonesia mencapai angka tertinggi. Dengan literasi, kita bangun masyarakat yang merdeka, berani berpendapat, dan mampu membangun peradaban,” tutur Mbak Puti.
Menurutnya, bahasa dan sastra memiliki peran strategis dalam membentuk karakter bangsa. Dia mendorong agar program literasi kebahasaan dan kesastraan diintegrasikan secara menyeluruh dalam pendidikan nasional, serta memperkuat peran guru dan tenaga pendidikan sebagai agen utama diseminasi literasi.
Puti juga mengajak para pendidik untuk menanamkan semangat berpikir kritis kepada siswa dengan menghubungkan bacaan dengan kehidupan nyata. Dia menyebut bahwa sastra bukan hanya alat estetika, tetapi juga sarana perjuangan dan pembentuk semangat kebangsaan.
“Agenda ini bukan hanya tentang pelestarian budaya, tetapi juga bagian dari revolusi literasi kebangsaan,” tegasnya.

Sementara itu, Tenaga Ahli Komisi X DPR RI, Aliyuddin, menegaskan bahwa kerja sama lintas lembaga menjadi kunci keberhasilan program literasi nasional.
Dia menyebut bahwa program diseminasi ini bertujuan untuk membumikan budaya literasi secara merata di seluruh daerah, termasuk wilayah-wilayah yang masih rendah dalam indeks pembangunan literasi.
“Tujuan akhirnya adalah meningkatkan literasi masyarakat untuk membangun peradaban. Jawa Timur, misalnya, menjadi salah satu provinsi yang terus didorong agar indeks literasinya meningkat,” jelas Aliyuddin.
Dalam seminar ini, peserta juga mendiskusikan penguatan kurikulum kebahasaan dan kesastraan, pengembangan bahan ajar kontekstual, serta strategi memperluas akses literasi ke pelosok melalui perpustakaan daerah dan komunitas literasi lokal.
“Harapannya seminar ini mampu menghasilkan rencana aksi konkret untuk memperkuat kemampuan literasi masyarakat Indonesia, serta membentuk generasi yang tidak hanya cakap membaca, tetapi juga kritis dan berkarakter,” pungkas Aliyuddin. (yols/pr)