KEDIRI – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana mengatakan, guru agama non-formal memiliki jasa yang besar karena memberikan pengetahuan agama dan juga membantu membentuk karakter budi pekerti bagi generasi penerus bangsa.
Karena itu, bupati yang akrab disapa Mas Dhito tersebut memastikan program bantuan tunai untuk guru tersebut akan berlanjut tahun depan. “Saya pastikan, program ini akan berlanjut pada tahun depan,” tegas Mas Dhito dalam keterangan tertulis kepada media, Jumat (10/11/2023).
Hal ini disampaikan Dhito saat menyalurkan bantuan tunai untuk 8.000 guru agama non-formal secara simbolis di kawasan Simpang Lima Gumul pada Kamis (9/11/2023).
Program pemberian insentif ini telah dimulai sejak 2021. Pada 2021, jumlah penerima sebanyak 7.148 guru, sedangkan pada 2022, jumlah penerima naik menjadi 7.500 guru.
Pada 2023 ini, jumlah penerima naik 500 guru sehingga totalnya 8.000 guru. “Kita berharap jumlah penerima bisa terus bertambah,” kata Mas Dhito.

Diketahui, bantuan tersebut berupa uang tunai Rp100 ribu tiap setiap bulan dan diberikan langsung untuk satu tahun senilai Rp 1,2 juta.
Selain pemberian insentif bagi guru agama nonformal, para guru tersebut didaftarkan menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Dengan dijamin BPJS Ketenagakerjaan, guru-guru tersebut akan mendapatkan banyak manfaat karena mendapat perlindungan sosial di antaranya jaminan kecelakaan kerja maupun jaminan kematian.
Manfaat tersebut tidak hanya bagi guru melainkan juga keluarga. Bagi yang tercatat sebagai penerima insentif dan meninggal, maka ahli waris diminta melaporkan untuk mendapatkan santunan dari BPJS Ketenagakerjaan.
Mas Dhito mengatakan guru agama non formal memiliki jasa yang besar karena selain memberikan pengetahuan agama, mereka juga membantu membentuk karakter budi pekerti bagi generasi penerus bangsa. (putera/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS