DEPOK – Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengaku bekerja keras mewujudkan ideologi, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga PDI Perjuangan, partai yang mengusungnya sebagai kader. Walau demikian, ditegaskannya, bahwa ideologi itu bukan hanya sekadar demi membantu rakyat biasa dan warga miskin yang menjadi anggota PDI Perjuangan saja.
Diakui Risma, warga miskin yang kerap datang kepadanya selalu membawa foto dan kaos bergambar Bung Karno, Proklamator yang kerap identik dengan PDIP. “Saya bilang ke ibu Megawati, kalaupun mereka bukan PDIP, tapi mereka orang miskin, ya kita bantu,” kata Risma saat memberikan kuliah umum di Sekolah PDIP, di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Selasa (21/7/2015).
Di kesempatan itu, di hadapan para calon kepala daerah yang mengikuti Sekolah Partai, Risma menceritakan berbagai pengalamannya dalam mengatasi masalah perkotaan di Surabaya, hingga mengentaskan kemiskinan.
Misalnya, bagaimana Risma mempertahankan Surabaya sebagai kota besar yang terdiri dari berbagai perkampungan padat, dan harus diberi penerangan. Lalu dibantu untuk manajemen pengelolaan kebersihan serta limbah.
Sampah diolah sedemikian rupa demi menjadi kompos yang dimanfaatkan untuk pertanian organik. Sehingga walaupun tak ada areal sawah dan kebun di daerah itu, inflasi akibat impor sayuran tak terlalu terjadi.
“Kita tidak pernah inflasi sayur, tidak ada kenaikan harga. Karena warga Surabaya bisa menanam sayur sendiri di loteng. Kita bantu bibit, kompos dari mereka,” jelas Risma.
Begitu juga Risma mendorong fasilitasi perpustakaan memanfaatkan sarjana yang menganggur di berbagai perkampungan. Selain menjaga perpustakaan, para sarjana pengangguran dimaksud mengajari anak-anak di wilayah itu. Dampaknya, anak yang terlahir di situ muncul menjadi juara-juara.
Surabaya di bawah Risma juga membangun berbagai fasilitas taman bermain dan berolahraga. Selain itu, disediakan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk kalangan balita, remaja, hingga lansia. “Ada 24.000 relawan untuk Posyandu,” imbuhnya.
Sementara para ibu didorong menjadi pahlawan ekonomi, diajari untuk berkreasi dari titik nol.
Untuk layanan kependudukan, Risma memastikan layanan online berjalan. Di mana warga tak perlu datang ke kelurahan, pembayaran cukup dilaksanakan via ATM, dan dokumen dikirimkan ke rumah.
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan, bahwa Risma telah menunjukkan bagaimana Bung Karno selalu hadir dengan wong cilik dan Risma dapat mengejewantahkan ideologi partai dalam pemerintahannya.
“Komitmennya, belanja publik 60 persen. Pelayan publik yang meningkat berdampak pada biaya aparatur berkurang 18 persen. Untuk rakyat bisa semakin besar,” kata Hasto.
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, memuji Risma atas kinerjanya yang baik. Hanya saja, Megawati khawatir semua itu selesai ketika Risma tak lagi menjabat.
Sebab untuk diketahui, aturan menyatakan pembatasan seorang kepala daerah seperti Risma hanya bisa menjabat sebagai kepala daerah selama dua periode atau 10 tahun saja. Sementara di sisi lain, praktik di Indonesia, begitu ada kepala daerah baru, maka egoisme muncul dan sama sekali tak memelihara hasil kerja pejabat sebelumnya.
Walau demikian, diakui Megawati bahwa rakyat mencintai Risma. “Kenapa Risma berhasil? Karena rakyat mencintai dia, karena dia diinginkan,” kata Megawati. (beritasatu)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS