MOJOKERTO – Jika melintas di jalan raya antara Mojokerto dan Mojosari, kita akan bertemu dengan deretan penjual krecek rambak. Di Kecamataan Bangsal, Kabupaten Mojokerto memang dikenal memiliki banyak pengrajin makanan ringan bertekstur kering, renyah, dan gurih itu. Kerupuk Rambak atau seringkali dinamai Krecek Rambak adalah camilan tradisional berbahan dasar kulit sapi atau kerbau.
Baidi, seorang perajin krecek rambak asal Bangsal, menuturkan bahwa menjelang lebaran angka penjualan mengalami kenaikan. Kondisi itu cukup menolong usahanya, yang sejak pandemi Covid-19 omzetnya menurun drastis.
“Lumayan menjelang lebaran ini, meskipun belum pulih, karena sejak pandemi penjualan ya terjun bebas, hanya berkisar 60% dari permintaan normal sebelum pandemi, ” ujar Baidi.
Mantan aktivis PDI Promeg Pandegiling, Surabaya itu telah melakukan berbagai upaya untuk bisa mempertahankan usahanya. Baidi tidak hanya menjual krecek rambak masak. Akan tetapi, dia juga fokus untuk menjual krecek rambak mentah.
“Lebih fokus ke rambak mentah, tidak terlalu beresiko dalam hal kedaluwarsa dan modal bisa ditekan. Kan untuk membuat kemasan yang bagus, cost-nya lumayan besar,” ujar Baidi.
Pemilik usaha krecek rambak dengan merk “Putra Manunggal” itu menjelaskan, selain jual mentahan untuk bertahan, penjualan krecek rambak mentah juga menambah varian kemasan. Misalnya untuk krecek rambak mentah ada kemasan seperempat kilogram, sebelumnya kemasan terkecil setengah kilogram.
“Supaya terjangkau. Tidak semua pembeli berdompet tebal,” seloroh Baidi.
Untuk harga penjualan, Baidi berusaha tidak menaikkan. Meski hal itu berimbas pada margin keuntungan yang kecil. Harga partai kerupuk rambak mentah yang premium dipatok 85 ribu rupiah, yang kualitas bagus 80 ribu rupiah.
“Di tengah kondisi erekonomi yang merangkak ini, kita berharap ada intervensi dan fasilitasi dari pemerintah daerah setempat. Semoga ada program dari Pemda, bisa membantu soal permodalan dan promosi,” harap Baidi.
Selain permodalan dan promosi, Baidi berharap adanya pelatihan-pelatihan yang dapat mendorong dan meningkatkan kualitas produk dan kualitas kemasan.
“Dengan demikian, produk kita bisa masuk ke minimarket maupun supermarket. Bisa juga, misalnya pelatihan optimalisasi penjualan online. Itu sangat diharapkan para pengrajin di sini,” sambung Baidi.
Selama ini, Baidi melihat pemasaran masih didominasi dengan pola pemasaran langsung melalui jejaring yang mereka miliki.
“Selama ini penjualan lebih berlangsung melalui pesan via whatsapp. Para pelanggan atau pembeli biasanya menghubungi saya di nomor 0858 8518 4261,” tegas Baidi.
Sejauh ini, Baidi sudah melayani penjualan ke berbagai daerah di Jawa Timur, luar Jawa, dan bahkan sampai ke Taiwan.
“Jika Pemda mau memfasilitasi para penjual rambak untuk mempromokan produknya, baik melalui akun resmi Pemda, maupun pelatihan promo melalu media sosial, saya rasa akan sangat membantu para pengusaha kecil ini, terutama naiknya angka penjualan,” pungkas Baidi (set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS