LAMONGAN – Meninggalnya Inda Kusuma Wardhani, 4 tahun, pasca operasi usus buntu menyisakan kekecewaan di pihak keluarga. Kejadian ini pun mendapat sorotan pihak DPRD Lamongan. Sementara organisasi profesi kedokteran setempat menyatakan belum menerima laporan kejadian itu.
Mutmainnah, nenek Inda Kusuma Wardhani menceritakan kejadiannya. Bermula saat sang cucu menjalani operasi usus buntu pada 7 April 2025 di RSU Muhammadiyah Babat.
Enam hari kemudian dipulangkan, meskipun kondisi jahitannya dinilai belum pulih sempurna.
“Bau menyengat dari bekas jahitan, cairan keluar, dan kesadaran menurun,” tutur Mutmainnah.
Kondisi Inda terus memburuk meski sempat dirawat oleh salah satu perawat RSU Muhammadiyah Babat di rumah.
“Kemudian pada 18 April, Inda dibawa ke RSUD dr Soegiri Lamongan dan langsung masuk ICU. Dan dokter yang nangani juga sama,” ujarnya.
Sebelum dibawa ke RS (Rumah Sakit) yang berbeda itu, Mbak Mut mengatakan, pihaknya sempat menghubungi salah satu pihak dan anggota DPRD Lamongan yang mengenal pihak RSU Muhammadiyah Babat.
“Tapi karena terlalu lambat dalam merespon, akhirnya kita menghubungi Mbak Erna (Erna Sujarwati). Sehingga Inda langsung dirawat di ICU RSUD dr Soegiri Lamongan,” tuturnya.
“Tentunya, kami kecewa berat. Kenapa kondisi seperti yang dialami almarhumah cucu saya harus terjadi?” ujar Mbak Mut, Senin (5/5/2025).
Lebih lanjut, Mbak Mut berharap, tidak ada lagi kasus yang sama terulang kembali menimpah semua warga di Lamongan. Organisasi profesi dokter harus bisa mengevaluasi kembali dokter tersebut.
“Kami sekeluarga mengimbau dokter di Lamongan mampu menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya. Ini soal nyawa manusia. Jangan dibuat mainan,” ucapnya.

Sorotan tajam datang dari Komisi D DPRD Lamongan dari Fraksi PDI Perjuangan, Erna Sujarwati. Ia menyebut, kasus Inda bukan satu-satunya. Beberapa pasien lain yang ditangani dokter yang sama, dikabarkan mengalami infeksi serius pasca operasi.
“Ini bukan kejadian pertama. Beberapa pasien mengalami infeksi berat usai tindakan bedah oleh dokter ini. Satu di antaranya telah meninggal dunia,” ujar Erna.
Diceritakan Erna, pihak keluarga sempat mengalami kesulitan ketika kondisi Inda terus memburuk meski sempat dirawat oleh salah satu perawat RSU Muhammadiyah Babat.
Kemudian, Inda akhirnya dibawa ke RSUD dr Soegiri Lamongan dan langsung masuk ICU.
“Kami sampai kejar-kejaran waktu. Dari Bupati, Dinsos, Dinkes, semuanya turun tangan supaya Inda bisa dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya,” katanya.
Inda dirujuk pada 21 April 2025 dalam kondisi kritis dengan infeksi yang sudah menyebar luas. Ia menjalani dua kali operasi laparatomi, namun nyawanya tak tertolong. Sabtu, 3 Mei 2025, bocah malang itu mengembuskan napas terakhirnya.
Politisi PDI Perjuangan itu meminta manajemen RSU Muhammadiyah Babat dan RSUD dr Soegiri Lamongan untuk mengevaluasi kinerja para dokter spesialis. Terutama yang punya rekam jejak kurang baik dalam penanganan pasien.
Di sisi lain, Ketua IDI Cabang Lamongan, dr Budi Himawan, bersuara terkait kejadian ini.
“Kan harus bisa dibedakan mana komplikasi medis dan mana kelalaian,” ujar dr. Budi seraya mengatakan IDI Lamongan belum menerima laporan terkait dokter spesialis bedah tersebut.(mnh/hs)