MAGETAN – Suasana upacara 17 Agustus di TK Negeri Unggulan Magetan, Minggu (17/8/2025) pagi, terasa berbeda. Bukan pejabat, bukan pula tentara, melainkan seorang pegiat literasi Magetan yang berdiri tegak di depan para pasukan mungil: Diana Sasa.
Bagi mantan anggota DPRD Jawa Timur dari PDI Perjuangan ini, kesempatan menjadi pemimpin upacara kemerdekaan terasa spesial.
“Kebetulan anak-anak saya sekolah di sini, dan saya sudah tidak ada undangan upacara seperti tahun-tahun lalu. Biasanya kan di Grahadi ya…” ujar Sasa, sambil tersenyum.
Alumnus Unesa ini tampil anggun dengan kebaya hitam dan kerudung putih. Pilihan busana itu, sebutnya, bukan sekadar formalitas, tapi simbol.
“Model kebaya dengan kerudung ini mirip seperti yang sering dikenakan Bu Fatmawati penjahit bendera pusaka kita, yang juga ibu negara pertama. Bagi saya, perempuan Muslim Indonesia memang seperti itu: memakai kebaya sekaligus kerudung. Itu wujud nasionalis-religius yang ingin saya tunjukkan,” jelasnya.
Siswa-siswi TK yang biasanya riuh mendadak hening saat upacara dimulai. Guru, orang tua, hingga wali murid ikut khidmat.
Kepala TK Negeri Unggulan Magetan, Siti Masruroh, menyebut upacara sederhana ini penuh makna.
“Kami ingin menanamkan rasa cinta pada bangsa kepada anak-anak sejak dini. Biar mereka belajar khidmat, belajar hormat pada merah putih,” tuturnya.
Selepas upacara, tawa kembali pecah. Berbagai hadiah lomba khas 17-an dibagikan. Lomba menghias kelas, hingga permainan tradisional yang dihelat selama seminggu kemarin membuat halaman TK penuh sorak.
Bagi Sasa, perayaan di sekolah TK anaknya ini justru punya makna yang dalam.
“Kadang kita lupa, kemerdekaan bukan hanya urusan panggung besar atau pejabat. Di ruang-ruang kecil seperti ini, bersama anak-anak, cinta tanah air justru tumbuh paling murni,” katanya. (yols/pr)