BATU – Politisi gaek H Sirmadji Tjondropragolo mengatakan, PDI Perjuangan sebagai partai politik terbesar memiliki spirit dan cita-cita mengantarkan Indonesia untuk bangkit menjadi bangsa yang disegani, dan seluruh masyarakatnya dapat hidup sejahtera.
Saat menjadi narasumber Pendidikan Kader Perempuan yang digelar PDI Perjuangan Jawa Timur, Sabtu (19/11/2022), Sirmadji mengatakan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bukan bangsa bermental tempe.
Dia membeberkan, sejarah telah mencatat dua kerajaan Nusantara, yakni Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, berhasil menunjukkan tajinya dengan luasan daerah teritorial yang dikuasai.
“Inspirasi pertama itu, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Bukan bangsa tempe, bukan bangsa kecil. Bukti bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar. Bangsa yang besar punya keberanian dan tekad,” papar Sirmadji, di Wisma Perjuangan, Oro-oro Ombo, Kota Batu.
Sebagai partai politik terbesar, ungkapnya, PDI Perjuangan memiliki sebuah spirit dan cita-cita mengantarkan bangsa Indonesia, untuk bangkit menjadi bangsa yang disegani bangsa negeri lain, seperti saat kejayaan kerajaan Siriwijaya dan Majapahit.
Dan tak kalah pentingnya, cita-cita besar PDI Perjuangan mengantarkan seluruh masyarakat negeri ini dapat hidup sejahtera. (Baca juga: Pendidikan Kader Perempuan Jilid 2 Dimulai, Daniel Rohi: Cetak Srikandi Banteng yang Mandiri)
Spirit ini, sebut Sirmadji, serupa dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Bung Karno pada 4 Juli 1927. Yakni untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan imperialisme dan kolonialisme Belanda yang menyengsarakan rakyat.
Dalam perjalanannya, papar dia, selepas perisitiwa pelengseran Bung Karno oleh Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, PNI kemudian melakukan fusi dengan partai politik lain menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973.
“Kesimpulannya, PDI Perjuangan terlahirkan embrionya, melalui perjuangan. Menyatu dengan perjuangan rakyat melawan penjajah, melalui pergerakan nasional yang akhirnya membuahkan kemerdekaan,” terang mantan Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim yang akrab disapa Kang Sir ini.
Pada masa Orde Baru, jelas Banteng senior yang semangatnya tampak masih menyala-nyala ini, PDI selalu mendapatkan tekanan dan intervensi dari rezim yang berkuasa. Menurutnya, saat itu rezim orde baru berupaya memecah belah internal partai.
Baru setelah Megawati Soekarnoputri, pada KLB di Surabaya menyatakan diri sebagai Ketua Umum de facto PDI, Orde Baru mulai khawatir akan kebangkitan ajaran-ajaran Bung Karno.
“Terjadilah peristiwa 27 Juli, pemerintah membela Suryadi sebagai Ketua DPP ilegal untuk merebut kantor di Jalan Diponegoro. Terjadilah korban, ratusan korban yang bahkan hilang sampai sekarang,” ucapnya.
“Akhirnya pada tanggal 1 Februari 1999 Ibu Mega membuat keputusan, bahwa PDI ini bernama PDI Perjuangan. Para pejuang PDI dahulu telah berkoban darah dan nyawa untuk PDI Perjuangan,” lanjut mantan legislator DPR RI tersebut.
Maka, berlandaskan spirit untuk melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa, PDI Perjuangan terus berevolusi menjadi partai pelopor yang membangun dan menerapkan disiplin kepada para kader dan simpatisannya agar menjadi teladan bagi masyarakat.
“Setelah partai kita menjadi partai pelopor apakah berhenti disitu? Tentu saja tidak, di piagam perjuangan itu bunyinya jelas, yaitu untuk mengawal Indonesia kita itu, menjadi Indonesia yang merdeka. Bebas dari segala bentuk penjajahan bangsa atas bangsa atau manusia atas manusia lainnya,” tuturnya. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS