Rekan2 Seperjuangan,
Merdeka!!!
PADA awalnya adalah suatu ide yang melahirkan imajinasi tentang bagaimana melenyapkan berbagai bentuk penjajahan. Hindia Belanda begitu menderita akibat ketidakadilan, kemiskinan, dan harkat kemanusiaan yang terinjak-injak akibat kapitalisme dan imperialisme.
Bung Karno lah yang memformulasikan “Jalan Kemerdekaan” sebagai buah kepemimpinan intelektual yang membumi dan visioner. Tesisnya jelas, bahwa segala derita rakyat akibat nafsu kapitalisme dan imperialisme yang bercokol berabad-abad yang telah menjadi “tata pergaulan hidup yang menghisap” hanya dapat diatasi dengan kemerdekaan Indonesia. Karena itulah kesadaran kritis rakyat harus dibangun. Inilah tugas Partai Nasional Indonesia (PNI). Asas, doktrin, dan jalan perjuangan PNI digambarkan secara lengkap dalam Pidato Indonesia Menggugat.
Perjuangan Bung Karno melalui PNI menjadi landasan perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam revolusi senyap penuh kesabaran revolusioner. Seruan Megawati, “Bendera telah saya kibarkan pantang untuk diturunkan” menyempurnakan getaran perjuangan Bung Karno bahwa “Revolusi belum selesai. Ide, cita-cita, dan gagasan tidak bisa dibunuh”.
Akhirnya rezim otoriter tunduk oleh kekuatan rakyat. PDI dibawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri telah menorehkan sejarah dalam perjuangan demokrasi, bersama dengan seluruh kekuatan masyarakat sipil. Tercatat Petisi 50, Forum Demokrasi, dan Gerakan Masyarakat Pers, serta kebangkitan kaum intelektual yang berpikir kritis mampu menggugat kekuasaan yg otoriter tsb.
PDI Perjuangan sungguh bangga memiliki rekam jejak historis yang begitu nyata dalam gerak pembebasan menjadi bangsa yang merdeka.
Kita juga selalu diingatkan bahwa lebih dari 10.6 juta rakyat Indonesia telah berkorban. Dimulai dari mereka yang gugur melawan hegemoni Portugis, Inggris, Perancis,hingga Belanda; dan “penjajahan otoritarianisme” oleh bangsa sendiri, terutama pada masa Orde Baru, hingga Kudatuli, peristiwa Trisakti, Semanggi dll.
Mereka yang telah gugur bagi kemerdekaan, kemanusiaan, keadilan, dan cita-cita Indonesia Raya, pengorbanannya TIDAK akan sia-sia. Mereka senantiasa menitipkan rahasia penderitaannya untuk diperjuangkan saat ini dan masa depan. Itulah memoria passionis yang menjadi setting keadilan dalam perspektif ideologis dan historis dalam Pledoi saya yang berjudul: “Menggugat Keadilan, Satyam Eva Jayate”.
Kini Republik Indonesia memasuki Usia ke 80. Kita sungguh bersyukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Begitu banyak agenda PDI Perjuangan yang harus kita jalankan dengan semangat yang setidaknya sama dengan semangat para pejuang bangsa. Bahkan secara empiris harus lebih besar, sebab kita memiliki sarana organisasi kepartaian dengan dukungan teknologi, sistem komuniksi dan sarana juang yg lebih besar. Ini tantangan kita.
Atas dasar hal tersebut, maka Pidato Politik Ketua Umum dalam Pembukaan dan Penutup Kongres VI Partai harus dijalankan dengan baik, dengan semangat Proklamasi 17 Agustus 1945. Terus perkuat soliditas Partai. Terus selalu belajar dari sejarah. Perkuat gerak disiplin dan gotong royong seluruh elemen Partai. Selalu turun ke bawah. Jalankan tugas sejarah di dalam memuliakan kemanusiaan dan melawan berbagai ketidakadilan, serta mewujudkan cita-cita Indonesia Raya.
Dirgahayu Republik Indonesia ke 80. Jayalah Indonesia!!! (*)
Hasto Kristiyanto, Sekjen DPP PDI Perjuangan