SURABAYA – Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada 12 Juli, diperingati Hari Koperasi Nasional (Harkopnas). Tanggal tersebut dipilih lantaran bertepatan dengan kongres pertama Gerakan Koperasi di Tasikmalaya, 12 Juli 1947.
Pada tahun ini, Hari Koperasi Nasional ke-76 mengusung tema “Membangun Koperasi Berbasis Kearifan Lokal Menuju Ekonomi Gotong Royong yang Mandiri, Modern, dan Berdigital”.
Bertepatan pada momen tersebut, Ketua Koperasi Mega Bhakti, Isnainiyah, mengatakan, pada dasarnya koperasi dibangun dengan asas kekeluargaan sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi, “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.”
Menurut Isnainiyah, kekeluargaan dalam koperasi dapat dilihat pada sistim tanggung renteng yang didefinisikan sebagai tanggung jawab bersama di antara anggota dalam satu kelompok atas segala kewajiban terhadap koperasi dengan dasar keterbukaan dan saling mempercayai.
Namun hal ini tentu memiliki tantangan tersendiri, terutama pada koperasi simpan pinjam. Hal itu mengingat ada saja anggota yang tak jarang tidak mengangsur pinjamannya. Apabila sistim koperasi tersebut belum sehat, akan berdampak pada bangkrutnya koperasi. Untuk itu, Koperasi Mega Bhakti menggunakan SK Konsumen.
“Memang koperasi simpan pinjam banyak dibutuhkan oleh masyarakat, sebab mereka yang tidak punya anggunan ketika di bank pasti akan larinya ke koperasi. Namun saat ini kami masih menggunakan SK Konsumen sambil membentuk sistim yang kuat untuk kemudian bisa menghidupkan lagi koperasi simpan pinjam kita,” ujarnya, Jumat (14/7/2023).
Sesuai dengan tema Harkopnas tahun ini, menurutnya sebuah koperasi memang harus mandiri, modern, dan berdigital di tengah kemajuan zaman ini agar tidak tertinggal. Kerja-kerja kolaboratif dan inovatif pun harus terus dilakukan agar koperasi bisa semakin maju.
“Di tengah begitu cepatnya perubahan dan perkembangan zaman ini kita tentu harus adaptif terhadap apapun perubahan itu. Karena kalau kita tidak adaptif ya kita akan tertinggal,” ujar Nia, sapaan akrabnya.
“Ini tentu tidak mudah kalau kita tidak melakukan inovasi dan kolaborasi, dua hal ini penting sekali,” sambungnya.
Dalam hal digitalisasi, pihaknya telah melakukan sistim cashless pada saat pembayaran iuran pokok maupun wajib. Kemudian untuk transaksi juga menggunakan aplikasi MegaPay yang memberikan kemudahan para anggota.
“Digitalisasi itu berhubungan dengan trasnparansi. Karena itu, seluruh anggota yang ada di koperasi Mega Bhakti itu treatmentnya seperti rekening bank. Jadi, anggota kalau mau bayar iuran wajib atau pokok pakai cashless. Itu kemudian kita kirim realtime report setoran berapa ke masing-masing. Setiap bulan akan diupdate per masing-masing anggota seluruh rangkaian kegiatan, progress bahkan untung ruginya dari koperasi per bulan kita laporkan. Dalam transaksi kita juga menggunakan MegaPay,” jelasnya.
Selain itu, untuk menggaet anak muda agar terlibat di dalam koperasi, pihaknya telah menyiapkan beberapa program. Salah satunya dengan mengembangkan usaha koperasi di bidang yang anak muda sukai, yakni Finance Technology (FinTech).
“Menggaet anak muda untuk terlibat dalam koperasi memang tidak mudah, sebab citra koperasi identik dengan generasi tua. Anak muda masih sangat jarang terlibat di dalam koperasi. Makanya kita akan memulai dengan dipimpin oleh yang muda. Kita buktikan memiliki sirkulasi keuangan yang stabil, dan kita lanjutkan dengan program-program yang lain,” tandasnya. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS