JAKARTA – Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, perempuan Indonesia harus mampu menunjukkan jati diri sebagai jalan peradaban politik. Yakni, dengan menampilkan watak politik penuh nilai-nilai kemanusiaan, gotong royong, toleransi, dan dedikasi untuk rakyat, bangsa dan negara.
“Di tangan perempuanlah jalan politik yang berkebudayaan itu dapat diwujudkan. Sebab perempuan adalah sumber kebudayaan,” kata Hasto, di hadapan 158 kader perempuan PDI Perjuangan peserta Pendidikan Kader Khusus Perempuan Nasional (PKKPN) di Wisma Kinasih, Depok, kemarin.
PDIP, lanjut Hasto, tidak hanya fokus memberikan pendidikan terhadap kader perempuan yang ingin mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Namun, juga sebagai upaya untuk mempersiapkan sebagai pemimpin rakyat.
“Dengan keterlibatan kaum perempuan di politik maka politik dalam keseharian akan hadir. Sebab, politik juga menyentuh aspek yang sederhana seperti menata lingkungan agar bersih, asri dengan tanaman dan perawatan lingkungan yang baik,” jelas Hasto.
Dia menambahkan, khusus kepada para bakal caleg, selain diberikan materi ideologi, kepemimpinan, pemahaman terhadap fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan, juga akan dilakukan psikotes.
Hal itu dilakukan karena kekhawatiran mereka hanya berorientasi terhadap kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
“Kami sangat khawatir, wajah politik hanya berorientasi kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Sementara di akar rumput, hal-hal terkait dengan selokan yang penuh sampah, sanitasi yang tidak memadai, dan lingkungan yang semakin kotor adalah persoalan sehari hari. Hal-hal seperti itulah yang dijawab melalui politik,” ujarnya.
Hasto mencontohkan di Sumatera Barat dengan tradisi ke-Islam-an yang kuat, mampu melahirkan begitu banyak tokoh nasional dengan alam pikir kebangsaan. Seperti Dr Mohammad Hatta, Moh Yamin, Rohana Kudus, Syahrir, H. Agus Salim, A. Kagani, dan sebagainya.
“Hal itu tidak terlepas dari budaya matriarkat. Dalam ungkapan bijak kita mengenal surga di telapak kaki Ibu. Karena itulah di tengah berbagai persoalan terkait dengan wajah politik yang penuh dengan hoax, ujaran kebencian, dan berbagai bentuk adu domba hanya karena kekuasaan, maka kehadiran perempuan dalam politik sangatlah penting,” papar Hasto.
Di sinilah, sambungnya, PDIP menjawab tanggung jawabnya mempersiapkan perempuan Indonesia untuk menjadi pemimpin. Pemimpin yang mampu membawa perubahan bagi hadirnya politik yang berkeadaban.
Sementara itu, Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak DPP PDI Perjuangan Sri Rahayu mengatakan, lulusan PKKPN ini akan dididik dan digembleng bukan sekadar untuk memenuhi kuota 30 persen Perempuan.
Namun, juga untuk membangun dan memberdayakan perempuan mulai dari tataran ideologi dan juga soft skill.
“Sehingga ke depan diharapkan pada para kader perempuan ini mampu menjadi mata dan telinga partai yang melihat dan mendengar jeritan hati rakyat. Mampu tertawa dan menangis bersama rakyat,” ujarnya.
Menurut Yayuk, sapaan Sri Rahayu, para politisi perempuan harus mampu mengembangkan diri tidak semata-mata untuk kepentingan jangka pendek. Apalagi sekadar memenuhi kuota perempuan pada pemilu.
“Namun, diharapkan para kader perempuan ini mampu menjadi kader partai yang juga siap ditempatkan di tingkat struktur partai,” terangnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS