SURABAYA – Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, Khusnul Khotimah, meminta setiap orang tua untuk proaktif melaporkan kondisi kesehatan anaknya kepada pendamping kesehatan atau kader kesehatan di kelurahan dan kecamatan setempat. Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan sebagai langkah pencegahan dan penanganan terhadap bayi stunting, mengingat masih adanya masyarakat yang belum terbuka terhadap kondisi kesehatan anak.
“Jadi, ada yang malu, bingung mau ngomong ke siapa, harus berbuat apa. Mari segera melaporkan kondisi kesehatan anak, yang disinyalir stunting kepada kader-kader yang ada di wilayahnya, termasuk hingga ke puskesmas agar nanti dilakukan kunjungan dan mendapatkan penanganan,” ujarnya, Jumat (28/1/2022).
Khusnul mengatakan, faktor penyebab terjadinya bayi stunting cukup beragam, mulai dari kadar gizi buruk sejak masa kehamilan, pola asuh, kondisi ekonomi, hingga lingkungan dengan tingkat kebersihan yang buruk. Di mana untuk penanganannya juga harus disesuaikan dengan faktor penyebabnya, sehingga perlu dilakukan kajian dan pemetaan sebelum memberikan intervensi.
BACA JUGA: Launching Kampung Keluarga Berkualitas, Puan: Indonesia Harus Bebas Stunting
Menurutnya, sejauh ini upaya Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mencegah sekaligus menangani stunting sudah cukup baik. Salah satunya melalui Program Jagongan Cegah Stunting (Jago Ceting) untuk memberikan sosialisasi, membedah masalah, dan memberikan solusi agar segera bisa memberikan penanganan yang dibutuhkan yang menyasar setiap kecamatan dan kelurahan, termasuk juga adanya permakanan untuk bayi stunting.
Wakabid Pembangunan Manusia dan Kebudayaan DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya itu menjelaskan, dirinya rutin turun langsung ke kampung-kampung untuk memastikan bahwa program tersebut berjalan dengan baik di lapangan.
“Sejauh ini kita semua menyebar untuk memastikan bahwa intervensi program pencegahan stunting itu berjalan dengan baik. Jangan sampai intervensi program yang bagus ini ada yang terlewat dan tidak bisa merasakannya,” katanya.
Ia menegaskan, kolaborasi semua pihak, mulai ibu PKK, kader kesehatan, lurah dan camat, puskesmas, bahkan juga institusi yang lain sangat penting untuk mewujudkan Surabaya zero stunting.
“Kami sangat optimis bahwa Surabaya bisa zero stunting, sepanjang kita semua memiliki semangat yang sama untuk menjaga masyarakat dan balita Surabaya agar tidak terjadi stunting. Sekali lagi, di sinilah pentingnya kolaborasi semua pihak,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa data pada Oktober 2021 lalu angka stunting di Kota Surabaya total ada 5.727 anak balita. Kemudian tidak sampai akhir tahun 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785.
“Dari data 1.785 di 31 Desember 2021 kemarin, kita sudah turunkan menjadi 1.657, kemudian ada penurunan sekitar 128. Ini akan kita ikuti perkembangannya sampai 31 Januari,” kata Nanik. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS