SURABAYA – Pemerintah Kota Surabaya bakal lebih memperketat pengawasan terhadap berbagai jajanan yang dijual di depan sekolah demi mencegah kemunculan kasus gagal ginjal pada anak.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi minta Dinas Kesehatan lebih masif mengawasi dan mengecek kandungan makanan dan minuman yang dijual di pinggir jalan.
“Dinkes semakin masif melakukan pemeriksaan untuk makanan makanan yang ada di PKL luar-luar. Semuanya ya. Kita masif pengecekan itu. Semoga itu bisa mencegah gagal ginjal terhadap anak di Surabaya,” kata Eri Cahyadi, seperti diwartakan detikJatim, (11/8/2024).
Hal itu dilakukan lantaran Eri menilai kasus gagal ginjal anak yang terjadi di Jakarta dalam beberapa waktu terakhir juga disebabkan oleh makanan atau minuman yang mengandung bahan kimia berbahaya.
Karena itu, Cak Eri akan menutup gerbang sekolah guna mencegah anak-anak membeli jajanan di luar sekolah yang tidak jelas kandungannya.
“Karena itu nanti kita akan perkuat lagi di setiap sekolah tidak boleh jajan di luar, tapi di kantin sambil kita menghitung gizi yang masuk di dalam tubuh anak itu,” ujarnya.
Dia pun mengimbau sekolah untuk memperhatikan kandungan gizi makanan yang dijual di kantin. Eri turut meminta Dinas Pendidikan menyampaikan kepada orang tua siswa dan pihak sekolah terkait hal tersebut.
“Kalau membeli makanan dilihat mengandung apa, makanan bahan kimia apa aja, itu yang kita lakukan. Dengan masifnya itu bisa menjaga ini semoga tidak ada anak terkena gagal ginjal,” kata Eri.
Sebelumnya, kasus anak gagal ginjal hingga harus menjalani cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) viral di media sosial.
Dokter spesialis anak di RSCM Eka Laksmi Hidayati mengakui bahwa pihaknya membuka layanan cuci darah untuk anak. Ada sekitar 60 pasien yang menjalani terapi cuci darah di RSCM.
“Rata-rata usia 12 tahun ke atas. Jadi memang masuk kategori remaja,” ujar Eka dalam siaran langsung di akun Instagram ofisial RSCM, Kamis (25/7).
Namun Eka memastikan fenomena anak cuci darah di RSCM kali ini tak terkait dengan peristiwa gagal ginjal akut akibat obat sirup yang sempat ramai pada beberapa tahun lalu. (nia/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS