PONOROGO – Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, mengukuhkan ribuan pelajar hafidz. Mereka adalah pelajar SMP se-Kabupaten Ponorogo yang lulus tahfidz Al-Quran hingga 30 juz.
Asesmen pembelajaran itu digelar di Pendopo Agung Ponorogo, pada Rabu (21/5/2025), yang nampak diwarnai nuansa putih bersih.
Suasana pengukuhan itu berlangsung dengan khidmat dan penuh haru, terutama saat perwakilan pelajar sungkem kepada orang tuanya kemudian memasangkan mahkota.
Bupati Sugiri mengungkapkan, pengukuhan ini sudah digelar di tahun keempat, yang kemungkinan di tahun-tahun berikutnya akan semakin banyak tahfidz dari pelajar SMP. Menurutnya, penguatan karakter berbasis agama itu penting untuk membentengi anak-anak di masa yang akan datang.

“Al-Quran untuk panduan hidup karena berisi perintah, penuh dengan contoh-contoh kehidupan yang baik. Maka anak-anak ketika dibentengi dengan hafal Al-Quran tidak hanya menjadi tahfidz saja. Tapi dia juga memahami asbabun nuzul, tafsir, sehingga hidupnya akan lempeng pasti dituntun Al-Quran,” jelas politisi PDI Perjuangan itu.
Dengan program tersebut, Kang Giri, sapaan akrabnya, berharap mereka bisa menjadi generasi yang berkualitas, yang hidup berlandaskan tuntunan Al-Quran sebagai bekal di dunia dan di akhirat.
“Berbisnis ada di Al-Quran, bertani ada di Al-Quran, maka cara yang paling gagah berani hadapi dunia, dengan cara hafal Al-Quran; memahami isinya dan melaksanakannya. Itu jaminan masa depan di dunia dan akhirat,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo, Nurhadi Hanuri, mengungkapkan, asesmen pembelajaran diikuti 4.217 pelajar SMP yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
Dengan rincian, hafidz 1 juz 3295 siswa, hafid 2 juz 567 siswa, hafidz 3 juz 80 siswa, hafidz 4 juz 68 siswa, hafidz 5 juz 58 siswa, hafidz 6 sampai dengan 10 juz ada 76 siswa, hafidz 11 sampai dengan 15 Juz ada 34 siswa, hafidz 16 sampai 20 juz ada 6 siswa, hafidz 21 sampai dengan 25 juz ada 8 siswa, hafidz 30 juz 3 orang.
“Tugas kami memang untuk cetak generasi muda yang cerdas, terampil, pembentukan karakter yang pertama,” ujar Nurhadi.
“Bagi yang non-muslim kita laksanakan kegiatan moderasi keagamaan setiap tahun untuk memastikan layanan pendidikan tidak boleh diskriminatif,” tandasnya. (jrs/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS