JAKARTA – Organisasi sayap PDI Perjuangan, Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) mengingatkan kembali kedekatan Presiden pertama RI Bung Karno dengan Nahdlatul Ulama (NU) serta para tokohnya.
Sekretaris Umum Bamusi Nasyirul Falah Amru mengatakan, kedekatan Bung Karno dengan para ulama NU seperti Hadratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wahab Hasbullah telah terjalin sangat lama.
Pria yang akrab disapa Gus Falah ini mengungkapkan, Bung Karno sering minta nasihat para ulama NU sebelum mengeluarkan keputusan penting terkait bangsa dan negara.
“Seperti ketika Bung Karno merumuskan Pancasila, beliau selalu meminta dawuh dari hadratusysyaikh, dan putranya yang juga ayah dari Gus Dur, yakni KH Abdul Wahid Hasjim,” sebut Gus Falah dalam keterangan resmi jelang peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-95 NU pada 31 Januari 2021.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI yang juga Bendahara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini menambahkan, kedekatan Bung Karno dengan NU juga tampak, tatkala Sang Proklamator ingin mengundang para tokoh agama untuk menggelar suatu pertemuan.
Bung Karno pun minta saran dari KH Wahab Hasbullah tentang nama yang cocok untuk pertemuan tersebut.
“Dan KH Wahab Hasbullah pun menyarankan kepada Bung Karno untuk menamakan pertemuan tersebut ‘Halal bi Halal’,” ungkap Gus Falah.
Contoh kedekatan Bung Karno dengan NU lainnya juga tampak dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI. Kala itu, Bung Karno sowan kepada Hadratusy Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari sebelum memproklamasikan kemerdekaan RI.
“Hadratusy Syaikh pun mengusulkan kepada Bung Karno agar memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di hari Jumat yang merupakan penghulunya hari, serta di bulan Ramadhan yang merupakan penghulunya bulan,” terangnya.
Bung Karno, lanjut Gus Falah, memang sangat mencintai NU. Kecintaan Bung Karno terhadap NU disampaikan secara eksplisit saat muktamar NU ke 23 pada 28 Desember 1962.
“Saya sangat cinta sekali kepada NU. Saya sangat gelisah jika ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak cinta kepada NU. Meski harus merayap, saya akan tetap datang ke muktamar ini, agar orang tidak meragukan kecintaan saya kepada NU!” demikian pernyataan Bung Karno.
“Dan sejarah pun mencatat, Bung Karno pada tahun 1954 diangkat sebagai Waliy Al-Amr Al-Daruri Bi Al-Syaukah oleh NU, yang bermakna pemimpin nasional dalam keadaan darurat dengan kewenangan mutlak,” bebernya.
Berbagai peristiwa itu, lanjut Gus Falah, membuktikan hubungan Bung Karno yang nasionalis, dengan NU sangat dekat. Kedua nya bergandengan tangan erat menyelamatkan bangsa Indonesia dari penjajahan.
Kedekatan itu terus berlanjut hingga kini. Gus Falah menyatakan, PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang mengusung ajaran Bung Karno sangat dekat hubungannya dengan NU.
“Semangat yang dikobarkan NU, yakni Hubbul Wathan Minal Iman yang bermakna bahwa Mencintai Tanah Air adalah Sebagian dari Iman, sangat sesuai dengan spirit nasionalisme yang digelorakan PDI Perjuangan,” terang Gus Falah.
“Maka seluruh kader PDI Perjuangan, termasuk saya yang juga sekaligus kader NU, turut mengucapkan Selamat Hari Lahir NU ke 95, yang jatuh pada 31 Januari,” ucap Gus Falah. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS