BALIKPAPAN – Presiden Joko Widodo mengungkapkan keinginannya agar Indonesia bisa memiliki pusat inovasi, riset, dan teknologi kelas dunia seperti Silicon Valley di Amerika Serikat. Rencananya, salah satu klaster di ibu kota negara baru nantinya akan ditujukan sebagai pusat inovasi tersebut.
“Kira-kira kalau bayangan kita itu kurang lebih kayak kalau di Amerika ada Silicon Valley, kurang lebih kayak itu,” kata Jokowi, saat berdialog dengan tokoh masyarakat, adat, dan agama Kalimantan Timur di Rumah Makan De Bandar Resto, Kota Balikpapan, Selasa (17/12/2019).
Selain klaster untuk riset dan teknologi, di ibu kota negara baru nantinya akan dibangun klaster-klaster lainnya. Yakni klaster pemerintahan, klaster pendidikan, dan klaster kesehatan.
Jokowi menegaskan bahwa di ibu kota baru juga tidak akan ada klaster untuk industri atau pabrik.
“Jadi tidak ada yang namanya pindah ibu kota nanti di ibu kota ada pabriknya seperti kanan kiri Jakarta. Mungkin ada tambahan satu nanti financial center, pusat keuangan. Mungkin, itu kemarin masih kita hitung,” jelasnya.
Untuk klaster pendidikan, mantan Wali Kota Solo ini ingin agar universitas yang ada merupakan universitas kelas dunia. Untuk membangun klaster pendidikan tersebut, dia berharap ada kerja sama dengan universitas atau perguruan tinggi lokal.
“Nanti klaster pendidikan ini kita harapkan ada sebuah kerja sama universitas, atau institut, atau perguruan tinggi di lokal yang akan kita nanti carikan partner karena memang yang ingin kita bangun di sini nanti adalah memang universitas yang kelasnya dunia dan tidak hanya satu. Mohon maaf tidak hanya satu. Bisa dua, bisa tiga, bisa empat, bisa lima,” ungkapnya.
Demikian juga dengan klaster kesehatan, Jokowi ingin agar nantinya dibangun rumah sakit kelas dunia. Menurutnya, kawasan ibu kota baru nantinya akan dirancang sebagai kawasan yang bersih dengan penggunaan mobil pribadi yang sedikit.

“Pertama memang di situ nanti tidak banyak mobil, tapi yang banyak adalah orang berjalan kaki. Kalau orang tidak suka berjalan kaki, yang kedua adalah orang naik sepeda. Kalau enggak mau naik sepeda, harus mau naik transportasi umum,” kata Jokowi.
Dalam pertemuan dengan tokoh Kaltim tersebut, Jokowi juga menjelaskan bahwa rencana pemindahan ibu kota sudah melalui studi yang cukup lama. Bahkan, wacana terkait pemindahan ibu kota negara telah ada sejak zaman Presiden Soekarno, dan terus ada di setiap masa kepemimpinan presiden berikutnya.
“Kemudian Presiden berikut juga ingin memindahkan dari Jakarta, tetapi tetap masih di Jawa. Terakhir, Presiden sebelum saya juga ingin memindahkan ibu kota. Artinya memang ini sudah sebuah perjalanan panjang, keinginan kita untuk memindahkan ibu kota,” ungkapnya.
Dia pun menjelaskan berbagai faktor yang mendorong inisiatif memindahkan ibu kota negara dari Jakarta. Misalnya faktor penduduk Indonesia yang sudah mencapai 267 juta jiwa, di mana 56 persennya atau sekitar 149 juta jiwa hidup di Jawa.
“PDB ekonomi itu 58 persen ada di Jawa, khususnya di Jakarta. Semua orang kalau urusan ekonomi berbondong-bondongnya pasti semuanya ke Jawa, lebih khusus lagi ke Jakarta. Sehingga Jakarta semakin hari tidak semakin longgar tetapi semakin padat karena memang penduduknya datang dari seluruh penjuru Tanah Air,” papar Jokowi. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS