TULUNGAGUNG – “Ganjar Presiden, Ganjar Presiden, Ganjar Presiden,” teriakan bersautan itu terdengar ketika Siti Atikoh Suprianti kali pertama tiba di Pasar Ngemplak Tulungagung, Selasa (19/12/2023).
Di pagi yang cerah itu, istri calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo tersebut berkesempatan menyapa masyarakat di Pasar Ngemplak.
Kedatangan Atikoh disambut antusias oleh para pedagang dan masyarakat yang berbelanja di pasar grosir sayur mayur yang ada di Kabupaten Tulungagung.
Sebelum blusukan ke kios-kios para pedagang Pasar Ngemplak, rombongan Atikoh disambut penampilan kesenian khas Tulungagung, yakni Tari Reog Kendang oleh komunitas seni Tulungagung.
Warga pun berdatangan menyambut kunjungan ibunda Muhammad Zinedine Alam Ganjar ini. Sepanjang perjalanannya masuk area pasar, banyak lapak pedagang yang didatangi.
Dia memborong barang dagangan pedagang, lalu membagikan kepada warga yang mengikuti. Mereka pun girang karena mendapatkan aneka barang, mulai tempe, tahu, daging ayam hingga sayur mayur dan cabai.
Selain menyapa para pedagang dan masyarakat yang berbelanja, Atikoh Ganjar juga menanyakan harga-harga barang khususnya kebutuhan pokok. (Baca juga: Di Pengajian Rutinan Majelis Ta’lim Sabilu Taubah, Gus Iqdam Ijazahi Atikoh)
“Saya lagi memantau pasar, karena di beberapa tempat banyak yang mengeluhkan adanya kenaikan harga barang terutama kebutuhan pokok,” jelas Atikoh.
Dalam kegiatan blusukan di Pasar Ngemplak, dirinya belum menemukan kios beras. Sehingga belum mengetahui harga beras di Kabupaten Tulungagung naik atau tidak.
Sedangkan hasil dialognya dengan beberapa pedagang, dia menemukan bahwa harga bawang putih di Kabupaten Tulungagung selisih Rp 2 ribu lebih mahal dibandingkan tempat lain. “Kalau bawang putih di sini Rp 35 ribu, kemarin di tempat lain Rp 32 ribu,” ungkapnya.
Namun, untuk harga bawang merah dan cabe rawit merah di Tulungagung jauh lebih murah ketimbang tempat-tempat lain yang sudah dia kunjungi.
“Bawang merah di sini lebih murah dan cabe rawit merah disini Rp 70 ribu. Kalau di tempat lain kemarin masih ada yang Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu,” beber Atikoh.
Menurutnya, kenaikan harga barang khususnya kebutuhan pokok memang menjadi keluhan utama masyarakat. Sebab, adanya kenaikan harga kebutuhan pokok akan berdampak pada pengurangan kebutuhan di sektor lain.
Misalnya, jika keseharian masyarakat biasanya memakai lauk telur, dengan adanya kenaikan kebutuhan pokok akan mengganti lauknya menjadi tahu atau tempe.
Atikoh berharap, kedepan harga kebutuhan pokok khususnya di Kabupaten Tulungagung bisa stabil kembali, sehingga masyarakat bisa menggunakan sisa lebih uang belanja untuk kebutuhan lain yang bisa menunjang peningkatan perekonomian keluarga. (sin/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS